BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Danau/ waduk adalah salah satu sumber air tawar
yang menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi
manusia. Ketersediaan sumber daya air, mempunyai peran yang sangat mendasar untuk
menunjang pengembangan ekonomi wilayah. Sumber daya air yang terbatas disuatu
wilayah mempunyai implikasi kepada kegiatan pembangunan yang terbatas dan pada
akhirnya kegiatan ekonomipun terbatas sehingga kemakmuran rakyat makin lama
tercapai. Air danau/waduk digunakan untuk berbagai pemanfaatan antara lain
sumber baku air minum air irigasi, pembangkit listrik, penggelontoran,
perikanan dsb. Jadi betapa pentingnya air tawar yang berasal dari waduk/danau
bagi kehidupan.
Pada umumnya kedalaman danau bervariasi
antara 50 – 200 m, akan tetapi banyak juga yang mempunyai kedalaman lebih
rendah dari 50 m. Sampai saat ini sebagaian besar dari danau belum diketahui
volumenya dengan pasti, demikian juga halnya presipitasi, evaporasinya serta
debit inflow dan outflow-nya. Dengan demikian waktu tinggal air danau tidak
diketahui sehingga daya tampung beban pencemaran tidak diketahui dan sekaligus
pemanfaatan bagi berbagai keperluan sulit untuk diprogramkan.
Fitoplankton dalam perairan merupakan penghasil
oksigen (O2) melalui proses fotosintesis dan menyerap karbondioksida
(CO2) dalam memproduksi makanannya. Fitoplankton memerlukan
garam-garam organik, karbondioksida, air, dan cahaya matahari, serta parameter
kualitas air yang sesuai sehingga perlu dilakukan pengukuran kualitas air dalam
penelitian ini.
Fitoplankton secara fungsional merupakan
komponen utama pada ekosistem perairan yang berfungsi sebagai produsen primer
bersama-sama tumbuhan hijau lain yang ada di perairan. Organism fitoplankto
juga dapat dimanfaatkan oleh organisme lain sebagai makanan baik secara
langsung maupun secara tidak langsung.
Untuk melakukan suatu usaha perikanan di
danau/waduk perlu kiranya pengolahan yang baik agar hasilnya memuaskan. Sebelum
pengelolaan dimulai perlu diketahui kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di
perairan tersebut untuk melihat kesuburan perairan tersebut.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kualitas air dan
striktur komunitas fitoplankton dan zooplankton, keragaman dan dominansi di waduk
FAPERIKA UR.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan bagian yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup organisme. Jika dikaitkan dengan habitat perairan, maka air
merupakan media perantara kedalam ataupun keluar habitat tersebut ( ODUM, 1971
)
Menurut SACHLAN (1980) plankton adalah organisme
renik yang melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit serta selalu
mengikuti arus. Selanjutnya BONEY (1975) menyatakan bahwa plankton
tersusun atas jasad-jasad nabati yang bersifat mikroskopis (fitoplankton) dan
jasad-jasad hewani mikroskopis (zooplankton) yang terdapat di laut maupun di
perairan tawar, hidup bebas terapung dan pergerakannya bersifat pasif
tergantung adanya arus dan angin.
SACHLAN (1980)
menyatakan bahwa plankton berdasarkan daur hidupnya dapat dibagi menjadi dua
golongan yaitu holoplankton dan meroplankton. Holoplankton adalah organism
planktonik yang daur hidupnya seluruhnya sebagai plankton, sedangkan
meroplankton adalah golongan organisme plankton yang sebagian dari daur
hidupnya sebagai plankton.
Keberadaan fitoplankton disuatu perairan
didukung oleh adanya unsur hara dan zat organik lainnya yang dapat dimanfaatkan
untuk proses fotosintesis. Walaupun demikian, berbagai faktor lingkungan
lainnya juga berperan penting dalam kehidupan plankton, seperti suhu, cahaya,
salinitas, pH, karbondioksida bebas, kecerahan, alkalinitas, arus dan hubungan
antar spesies (PARSON dan TAKAHASI, 1973).
Selanjutnya NURDIN (1986) mengatakan bahwa
kehidupan fitoplankton dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
ketersediaan bahan makanan dan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi fitoplankton adalah cahaya, umur
individu setiap spesies, suhu, oksigen terlarut, pH, dan makanan (WELCH, 1952).
NONTJI (1981) menambahkan bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kelimpahan fitoplankton, yaitu : a). Faktor-faktor
yang mempengaruhi proses fisiologis secara langsung diantaranya proses
respirasi dan fotosintesis seperti cahaya, suhu, salinitas, hara makro dan hara
mikro, b). Faktor eksternal yang menyebabkan berkurangnya jumlah fitoplankton
seperti pemangsa, herbivore, turbulensi serta penenggelaman.
BOYD (1979) menyatakan bahwa suhu perairan
didaerah tropis berkisar 25-32° C masih layak untuk kehidupan organisme di
perairan. Sedangkan menurut RILLEY (1967), pada umumnya spesies fitoplankton
maupun zooplankton dapat berkembang dengan baik pada suhu 25° C atau lebih.
CAKROFF (1977) menyatakan bahwa kecerahan yang
produktif apabila pinggan secchi mencapai kedalaman 20-40 cm dari permukaan.
Kecerahan suatu perairan menetukan sampai sejauh mana cahaya matahari dapat
menembus perairan dan sampai kedalam berapa proses fotosintesis dapat
berlangsung sempurna. Menurut WELCH (1984) semakin tinggi kecerahan maka
semakin dalam penetrasi caha matahari kedalam perairan, hal ini mengakibatkan
lapisan produktifitas primer makin tinggi.
Turbiditas atau kekeruhan disebabkan oleh banyak
faktor, antara lain adanya bahan yang tidak terlarut seperti debu, tanah liat,
bahan organic, atau anorganik dan mikro organik air. Hal ini berakibat air
menjadi kotor dan tidak jernih. Kekeruhan mengganggu fotosintesis tanaman air
(TOTOK dan SUCIASTUTI, 1991).
Derajat keasaman (pH)
menurut JAMES (dalam WARDOYO, 1981) bahwa batas pH minimum dan maksimum
bagi organisme air tawar umumnya 4,1-11,0. Sedangkan BOYD (1979) menyatakan pH
mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton, dimana kisaran pH yang cocok untuk
perikanan berkisar antara 6,5-9.
WARDOYO (1981) Menyatakan bahwa kisaran oksigen
terlarut yang dapat mendukung kehidupan organisme perairan secara normal tidak
boleh kurang dari 2 ppm, sedangkan kandungan kandungan karbondioksida bebas
tidak boleh lebih dari 25 ppm. Sedangkan menurut MENKLH (1988) menyatakan bahwa
untuk kepentingan perikanan, kandungan oksigen di perairan harus lebih dari 3
ppm, dan kadar oksigen terlarut sama dengan 3 ppm maksimal untuk 8 jam dalam
satu hari.
Nitrat (NO3) adalah bentuk senyawa
nitrogen yang merupakan sebuah senyawa stabil. Dimana nitrat merupakan salah
satu unsure penting untuk sintesis protein tumbuh-tumbuhan dan hewan, akan
tetapi pada konsentrasi yang tinggi dapat menstimulasikan pertumbuhan ganggang
yang tidak terbatas sehingga menyebabkan kematian organisme air (ALERT dan
SARTIKA, 1984). Kriteria kesuburan perairan berdasarkan kandungan nitrat, yaitu
: 0,0 – 0,1 ppm adalah perairan kurang subur, 1,0 – 5,0 ppm adalah perairan
sedang dan 5,0 – 50,0 adalah tingkat kesuburan perairan yang tinggi (GOLMEN dalam
SUGIYANTO, 1995).
Klasifikasi berdasarkan fosfat yaitu 0,00 –
0,020 mg/l adalah kesuburan rendah, 0,021 – 0,050 mg/l kesuburan perairan
sedang, 0,051 – 0,100 mg/l kesuburan perairan baik, 0.101 - 0,200 mg/l adalah
kesuburan perairan yang sangat baik sekali (POERNOMO dan HANAFI, 1982).
SIHOTANG (1988) mengatakan bahwa fitoplankton
yang dominan terdapat di perairan umum di daerah Riau adalah Pediastrum (Chlorophyceae)
dan Diatom (Bacillariphyceae). Kelimpahan fitoplankton di suatu
perairan terjadi akibat pemanfaatan nutrient, cahaya matahari dan suhu.
BAB III
METODE
3.2. Bahan dan Alat
1. Palngton Net
2. Botol Spesimen
3. Saringan
4. Lugol
5. Mikroskop
3.3. Metode Praktikum
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode survey yaitu berupa
pangamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan data primer. Sampel yang
diperoleh dianalisis secara deskriptif di Laboratorium Ekologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Pekanbaru.
3.4. Prosedur Praktikum
3.4.1. Lokasi Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan
sampel dilaksanakan di waduk Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas
Riau Pekanbaru.
3.4.2. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari pukul 09.00-11.00 WIB sebanyak
sekali pengambilan. Kemudian pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
ember dengan volume 5 liter dan dilakukan 2 kali penyaringan pada planktonet .
Hasil saringan kemudian dimasukkan kedalam botol sampel yang bervolume 25 ml
dan diawetkan dengan larutan lugol. Setiap botol diberi keterangan tanggal dan
lokasi pengambilan sampel.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil yang didapat dalam praktikum
ini adalah sebagai berikut
No
|
Jenis
Plangton
|
Jumlah
Plangton
|
Total
|
|
Ulangan
1
|
Ulangan
2
|
|||
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
|
Navicula
Sp
Eunotia
Ophiocytium
Oscillatoria
Paramecium
Plasmodium
Tubellaria
sp
Tolypothrix
Vaucheria
Synera
Spirullina
Cylotera
Calathrix
|
4
1
3
2
2
4
2
-
3
3
4
1
2
|
3
3
1
-
1
2
2
2
6
-
1
1
2
|
7
4
4
2
3
6
4
2
9
3
5
2
4
|
Jumlah
|
28
|
24
|
55
|
Rumus
1. Kelimpahan Plangton
X 100
Faktor Konsentrat = Volume
air yang disaring
Volume konsentrat
=
19 ml = 0.019ml
1000 ml
2. Perhitungan
a. Botol 1
Kelimpahan Plangton =
=
=
19 x 12 = 0,63
= 0,63 x 2000 ml = 1260
b. Botol 2
Kelimpahan Plangton =
=
= 0,57 x 2000 ml = 1140
4.2. Pembahasan
Pada tabel diatas
memperlihatkan bahwa jenis plankton yang paling banyak ditemukan adalah
jenis Fitoplangton. Kelimpahan rata-rata fitoplankton berkisar antara 1140-1260/l.
kelimpahan rata-rata fitoplankton selama pengamatan di Waduk Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.
Banyaknya Fitoplangton yang ditemukan karena waktu
pengambilan sampel yang dilakukan yaitu pagi hari. Pada pagi hari fitoplangton
akan naik kepermukaan agar mendapatkan cahaya matahari untuk proses
fotosintesis, dan akan turun kedasar perairan ketika menjelang sore hari.
Keragaman Jenis Plangton di waduk Faperika yang tinggi,
menunjukkan bahwa waduk ini masih alami dan tidak tercemar oleh polutan
sehingga menyediakan temnpat yang baik bagi plangton untuk hidup. Plangton
dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan.
Selanjutnya WARDOYO (1981) menambahkan bahwa beberapa faktor lingkungan yang
adakalanya mempunyai hubungan yang khusus dan dapt mempengaruhi fitoplankton
yang ada diperairan tersebut adalah suhu, pH, oksigen terlarut, dan
karbondioksida bebas dan unsur hara yang terkandung di dalamnya, terkhuusus
unsur nitrat, nitrit, besi, fosfat, amonia dan besi.
. Indeks
Keanekaragaman (Diversity Index), Indeks Keseragaman (Equitability
Index) dan indeks dominansi merupakan indeks yang digunakan untuk menilai
kestabilan komunitas biota perairan terutama dalam hubungannya dengan kondisi
suatu perairan. Dengan mengacu pada nilai indeks, terlihat bahwa perairan ini
cenderung tidak stabil karena relatif tidak ada jenis plankton tertentu yang
mendominasi dan rendahnya keanekaragaman. Dimana menurut Clark (1974) dan Krebs
(1972) dalam Arsil (1999), tingginya keanekaragaman menunjukkan suatu
ekosistem yang seimbang dan memberikan peranan yang besar untuk menjaga
keseimbangan terhadap kejadian yang merusak ekosistem dan spesies yang dominan
dalam suatu komunitas memperlihatkan kekuatan spesies itu dibandingkan spesies
lain. Ekosistem yang tidak seimbang akan mempengaruhi pakan alami sehingga jika
pakan alami tidak tersedia maka kelangsungan hidup larva organisme akan
terancam.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
·
Danau/ waduk adalah salah satu sumber air tawar yang menunjang
kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia
·
Pada praktikum ini yang paling banyak didapatkan adalah plangton
jenis fitoplangton.
·
Banyaknya Fitoplangton yang ditemukan karena waktu pengambilan
sampel yang dilakukan yaitu pagi hari
·
Besarnya kelimpahan plangton diwaduk ini menunjukkan bahwa waduk
ini tidak tercemar oleh limbah ataupun zat kimia berbahaya
5.2. Saran
Semoga kedepannya praktikum
plangtonologi bias lebih baik lagi dari sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alearts, G. Dan S. Santika, 1984. Metode Pengukuran
Kualitas Air. Usaha Nasional.Surabaya
Boyd, C. E.,
1982. Water Quality Management In Pond For
Aquaculture, Agriculture Experiment Station. Elsevier
Publishing Company Inc. New York. 550pp
Carlo, N.
2001. Efek Pengudaraan Terhadap Kualitas
Air Waduk Tropika. Jurnal Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta. 3 (1): 1 – 7.
Effendi, H., 2000. Telaahan
Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Dan Lingkungan Perairan. IPB
Press. Bogor
Kordi. 1996. Parameter Kualitas Air. Penerbit Karya Anda. Surabaya. 55 Hal.
Ntac, 1986. Water Quality Criteria. FWPCA. Washington DC. 234 Hal.
Nontji. A, 1981. Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Dinamika
Kelimpahan Phytoplankton. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian
Bogor. 25 Halaman. (Tidak Diterbitkan).
0 komentar:
Posting Komentar