Senin, 26 November 2012

Laporan Praktikum Plangtonologi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Danau/ waduk adalah salah satu sumber air tawar yang menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Ketersediaan sumber daya air, mempunyai peran yang sangat mendasar untuk menunjang pengembangan ekonomi wilayah. Sumber daya air yang terbatas disuatu wilayah mempunyai implikasi kepada kegiatan pembangunan yang terbatas dan pada akhirnya kegiatan ekonomipun terbatas sehingga kemakmuran rakyat makin lama tercapai. Air danau/waduk digunakan untuk berbagai pemanfaatan antara lain sumber baku air minum air irigasi, pembangkit listrik, penggelontoran, perikanan dsb. Jadi betapa pentingnya air tawar yang berasal dari waduk/danau bagi kehidupan.
              Pada umumnya kedalaman danau bervariasi antara 50 – 200 m, akan tetapi banyak juga yang mempunyai kedalaman lebih rendah dari 50 m. Sampai saat ini sebagaian besar dari danau belum diketahui volumenya dengan pasti, demikian juga halnya presipitasi, evaporasinya serta debit inflow dan outflow-nya. Dengan demikian waktu tinggal air danau tidak diketahui sehingga daya tampung beban pencemaran tidak diketahui dan sekaligus pemanfaatan bagi berbagai keperluan sulit untuk diprogramkan.
Fitoplankton dalam perairan merupakan penghasil oksigen (O2) melalui proses fotosintesis dan menyerap karbondioksida (CO2) dalam memproduksi makanannya. Fitoplankton memerlukan garam-garam organik, karbondioksida, air, dan cahaya matahari, serta parameter kualitas air yang sesuai sehingga perlu dilakukan pengukuran kualitas air dalam penelitian ini.
Fitoplankton secara fungsional merupakan komponen utama pada ekosistem perairan yang berfungsi sebagai produsen primer bersama-sama tumbuhan hijau lain yang ada di perairan. Organism fitoplankto juga dapat dimanfaatkan oleh organisme lain sebagai makanan baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Untuk melakukan suatu usaha perikanan di danau/waduk perlu kiranya pengolahan yang baik agar hasilnya memuaskan. Sebelum pengelolaan dimulai perlu diketahui kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di perairan tersebut untuk melihat kesuburan perairan tersebut.

1.2 Tujuan
            Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui kualitas air dan striktur komunitas fitoplankton dan zooplankton, keragaman dan dominansi di waduk FAPERIKA UR.


  
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Air merupakan bagian yang sangat penting bagi kelangsungan hidup organisme. Jika dikaitkan dengan habitat perairan, maka air merupakan media perantara kedalam ataupun keluar habitat tersebut ( ODUM, 1971 )
Menurut SACHLAN (1980) plankton adalah organisme renik yang melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit serta selalu mengikuti arus. Selanjutnya BONEY (1975) menyatakan  bahwa plankton tersusun atas jasad-jasad nabati yang bersifat mikroskopis (fitoplankton) dan jasad-jasad hewani mikroskopis (zooplankton) yang terdapat di laut maupun di perairan tawar, hidup bebas terapung dan pergerakannya bersifat pasif tergantung adanya arus dan angin.
SACHLAN (1980) menyatakan bahwa plankton berdasarkan daur hidupnya dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu holoplankton dan meroplankton. Holoplankton adalah organism planktonik yang daur hidupnya seluruhnya sebagai plankton, sedangkan meroplankton adalah golongan organisme plankton yang sebagian dari daur hidupnya sebagai plankton.
Keberadaan fitoplankton disuatu perairan didukung oleh adanya unsur hara dan zat organik lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk proses fotosintesis. Walaupun demikian, berbagai faktor lingkungan lainnya juga berperan penting dalam kehidupan plankton, seperti suhu, cahaya, salinitas, pH, karbondioksida bebas, kecerahan, alkalinitas, arus dan hubungan antar spesies (PARSON dan TAKAHASI, 1973).
Selanjutnya NURDIN (1986) mengatakan bahwa kehidupan fitoplankton dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ketersediaan bahan makanan dan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan. Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi fitoplankton adalah cahaya, umur individu setiap spesies, suhu, oksigen terlarut, pH, dan makanan (WELCH, 1952).
NONTJI (1981) menambahkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi kelimpahan fitoplankton, yaitu : a). Faktor-faktor yang mempengaruhi proses fisiologis secara langsung diantaranya proses respirasi dan fotosintesis seperti cahaya, suhu, salinitas, hara makro dan hara mikro, b). Faktor eksternal yang menyebabkan berkurangnya jumlah fitoplankton seperti pemangsa, herbivore, turbulensi serta penenggelaman.
BOYD (1979) menyatakan bahwa suhu perairan didaerah tropis berkisar 25-32° C masih layak untuk kehidupan organisme di perairan. Sedangkan menurut RILLEY (1967), pada umumnya spesies fitoplankton maupun zooplankton dapat berkembang dengan baik pada suhu 25° C atau lebih.
CAKROFF (1977) menyatakan bahwa kecerahan yang produktif apabila pinggan secchi mencapai kedalaman 20-40 cm dari permukaan. Kecerahan suatu perairan menetukan sampai sejauh mana cahaya matahari dapat menembus perairan dan sampai kedalam berapa proses fotosintesis dapat berlangsung sempurna. Menurut WELCH (1984) semakin tinggi kecerahan maka semakin dalam penetrasi caha matahari kedalam perairan, hal ini mengakibatkan lapisan produktifitas primer makin tinggi.
Turbiditas atau kekeruhan disebabkan oleh banyak faktor, antara lain adanya bahan yang tidak terlarut seperti debu, tanah liat, bahan organic, atau anorganik dan mikro organik air. Hal ini berakibat air menjadi kotor dan tidak jernih. Kekeruhan mengganggu fotosintesis tanaman air (TOTOK dan SUCIASTUTI, 1991).
Derajat keasaman (pH) menurut JAMES (dalam WARDOYO, 1981) bahwa batas pH minimum dan maksimum bagi organisme air tawar umumnya 4,1-11,0. Sedangkan BOYD (1979) menyatakan pH mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton, dimana kisaran pH yang cocok untuk perikanan berkisar antara 6,5-9.
WARDOYO (1981) Menyatakan bahwa kisaran oksigen terlarut yang dapat mendukung kehidupan organisme perairan secara normal tidak boleh kurang dari 2 ppm, sedangkan kandungan kandungan karbondioksida bebas tidak boleh lebih dari 25 ppm. Sedangkan menurut MENKLH (1988) menyatakan bahwa untuk kepentingan perikanan, kandungan oksigen di perairan harus lebih dari 3 ppm, dan kadar oksigen terlarut sama dengan 3 ppm maksimal untuk 8 jam dalam satu hari.
Nitrat (NO3) adalah bentuk senyawa nitrogen yang merupakan sebuah senyawa stabil. Dimana nitrat merupakan salah satu unsure penting untuk sintesis protein tumbuh-tumbuhan dan hewan, akan tetapi pada konsentrasi yang tinggi dapat menstimulasikan pertumbuhan ganggang yang tidak terbatas sehingga menyebabkan kematian organisme air (ALERT dan SARTIKA, 1984). Kriteria kesuburan perairan berdasarkan kandungan nitrat, yaitu : 0,0 – 0,1 ppm adalah perairan kurang subur, 1,0 – 5,0 ppm adalah perairan sedang dan 5,0 – 50,0 adalah tingkat kesuburan perairan yang tinggi (GOLMEN dalam SUGIYANTO, 1995).
Klasifikasi berdasarkan fosfat yaitu 0,00 – 0,020 mg/l adalah kesuburan rendah, 0,021 – 0,050 mg/l kesuburan perairan sedang, 0,051 – 0,100 mg/l kesuburan perairan baik, 0.101 - 0,200 mg/l adalah kesuburan perairan yang sangat baik sekali (POERNOMO dan HANAFI, 1982).
SIHOTANG (1988) mengatakan bahwa fitoplankton yang dominan terdapat di perairan umum di daerah Riau adalah Pediastrum (Chlorophyceae) dan Diatom (Bacillariphyceae). Kelimpahan fitoplankton di suatu perairan terjadi akibat pemanfaatan nutrient, cahaya matahari dan suhu.


BAB III
METODE

3.2. Bahan dan Alat
1. Palngton Net
2. Botol Spesimen
3. Saringan
4. Lugol
5. Mikroskop

3.3. Metode Praktikum
            Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode survey yaitu berupa pangamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan data primer. Sampel yang diperoleh dianalisis secara deskriptif di Laboratorium Ekologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Pekanbaru.

3.4. Prosedur Praktikum
3.4.1. Lokasi Pengambilan Sampel
            Lokasi pengambilan sampel dilaksanakan di waduk Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.
3.4.2. Pengambilan Sampel
            Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari pukul 09.00-11.00 WIB sebanyak sekali pengambilan. Kemudian pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan ember dengan volume 5 liter dan dilakukan 2 kali penyaringan pada planktonet . Hasil saringan kemudian dimasukkan kedalam botol sampel yang bervolume 25 ml dan diawetkan dengan larutan lugol. Setiap botol diberi keterangan tanggal dan lokasi pengambilan sampel.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
            Hasil yang didapat dalam praktikum ini adalah sebagai berikut
No
Jenis Plangton
Jumlah Plangton
Total
Ulangan 1
Ulangan 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Navicula Sp
Eunotia
Ophiocytium
Oscillatoria
Paramecium
Plasmodium
Tubellaria sp
Tolypothrix
Vaucheria
Synera
Spirullina
Cylotera
Calathrix
4
1
3
2
2
4
2
-
3
3
4
1
2
3
3
1
-
1
2
2
2
6
-
1
1
2
7
4
4
2
3
6
4
2
9
3
5
2
4
Jumlah
28
24
55

Rumus
1. Kelimpahan Plangton
   X 100
             

           
            Faktor Konsentrat  =    Volume air yang disaring
                                                  Volume konsentrat

                                             =        19 ml     =    0.019ml
                                                        1000 ml
2. Perhitungan
a. Botol 1
      Kelimpahan Plangton    =
                                             =
                                             = 19 x 12 = 0,63
                                              = 0,63 x 2000 ml  = 1260
b. Botol 2
      Kelimpahan Plangton   =
                                             =
                                              = 0,57 x 2000 ml = 1140


4.2. Pembahasan
            Pada tabel diatas  memperlihatkan bahwa jenis plankton yang paling banyak ditemukan adalah jenis Fitoplangton. Kelimpahan rata-rata fitoplankton berkisar antara 1140-1260/l. kelimpahan rata-rata fitoplankton selama pengamatan di Waduk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau Pekanbaru.
            Banyaknya Fitoplangton yang ditemukan karena waktu pengambilan sampel yang dilakukan yaitu pagi hari. Pada pagi hari fitoplangton akan naik kepermukaan agar mendapatkan cahaya matahari untuk proses fotosintesis, dan akan turun kedasar perairan ketika menjelang sore hari.
            Keragaman Jenis Plangton di waduk Faperika yang tinggi, menunjukkan bahwa waduk ini masih alami dan tidak tercemar oleh polutan sehingga menyediakan temnpat yang baik bagi plangton untuk hidup. Plangton dapat dijadikan sebagai bioindikator pencemaran lingkungan.
            Selanjutnya WARDOYO (1981) menambahkan bahwa beberapa faktor lingkungan yang adakalanya mempunyai hubungan yang khusus dan dapt mempengaruhi fitoplankton yang ada diperairan tersebut adalah suhu, pH, oksigen terlarut, dan karbondioksida bebas dan unsur hara yang terkandung di dalamnya, terkhuusus unsur nitrat, nitrit, besi, fosfat, amonia dan besi.
. Indeks Keanekaragaman (Diversity Index), Indeks Keseragaman (Equitability Index) dan indeks dominansi merupakan indeks yang digunakan untuk menilai kestabilan komunitas biota perairan terutama dalam hubungannya dengan kondisi suatu perairan. Dengan mengacu pada nilai indeks, terlihat bahwa perairan ini cenderung tidak stabil karena relatif tidak ada jenis plankton tertentu yang mendominasi dan rendahnya keanekaragaman. Dimana menurut Clark (1974) dan Krebs (1972) dalam Arsil (1999), tingginya keanekaragaman menunjukkan suatu ekosistem yang seimbang dan memberikan peranan yang besar untuk menjaga keseimbangan terhadap kejadian yang merusak ekosistem dan spesies yang dominan dalam suatu komunitas memperlihatkan kekuatan spesies itu dibandingkan spesies lain. Ekosistem yang tidak seimbang akan mempengaruhi pakan alami sehingga jika pakan alami tidak tersedia maka kelangsungan hidup larva organisme akan terancam.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
·         Danau/ waduk adalah salah satu sumber air tawar yang menunjang kehidupan semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia
·         Pada praktikum ini yang paling banyak didapatkan adalah plangton jenis fitoplangton.
·         Banyaknya Fitoplangton yang ditemukan karena waktu pengambilan sampel yang dilakukan yaitu pagi hari
·         Besarnya kelimpahan plangton diwaduk ini menunjukkan bahwa waduk ini tidak tercemar oleh limbah ataupun zat kimia berbahaya

5.2. Saran
            Semoga kedepannya praktikum plangtonologi bias lebih baik lagi dari sebelumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Alearts, G. Dan S. Santika, 1984. Metode Pengukuran Kualitas Air. Usaha Nasional.Surabaya

Boyd, C. E., 1982. Water Quality Management In Pond For Aquaculture, Agriculture    Experiment Station. Elsevier Publishing Company Inc. New York. 550pp

Carlo, N. 2001. Efek Pengudaraan Terhadap Kualitas Air Waduk Tropika. Jurnal Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 3 (1): 1 – 7.

Effendi, H., 2000. Telaahan Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya Dan Lingkungan Perairan. IPB Press. Bogor


Kordi. 1996. Parameter Kualitas Air. Penerbit Karya Anda. Surabaya. 55 Hal.

Ntac, 1986. Water Quality Criteria. FWPCA. Washington DC. 234 Hal.


Nontji. A, 1981. Faktor-Faktor Yang Berkaitan Dengan Dinamika Kelimpahan Phytoplankton. Tesis. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. 25 Halaman. (Tidak Diterbitkan).


Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Ahli Bahasa : Samingan, T. Gadjahmada University Press. Yogyakarta. 

0 komentar:

Posting Komentar