Senin, 26 November 2012

Laporan Praktikum Limnologi


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Limnologi (dari bahasa Inggris: limnology, dari bahasa Yunani: lymne, “danau”, dan logos, “pengetahuan”) merupakan padanan bagi biologi perairan darat, terutama perairan tawar. Lingkup kajiannya kadang-kadang mencakup juga perairan payau (estuaria). Limnologi merupakan kajian menyeluruh mengenai kehidupan di perairan darat, sehingga digolongkan sebagai bagian dari ekologi.Dalam bidang perikanan, limnologi dipelajari sebagai dasar bagi budidaya
perairan (akuakultura) darat.



Istilah Limnologi pertama kali digunakan oleh seorang ilmuwan berkebangsaan Swiss (François Alfonse Forel) pada tahun 1892 yang mendefinisikan limnologi sebagai cabang ilmu yang mempelajari komponen biotik di perairan darat permukaan yang bersifat menggenang atau lentik. Tahun 1966, Dussart melengkapi definisi tersebut menjadi cabang ilmu yang mempelajari seluruh fenomena dan saling interaksi antar komponen biotik dan abiotik yang terjadi di dalamnya, baik pada ekosistem perairan darat permukaan yang tergenang (lentik) maupun pada perairan darat permukaan yang mengalir (lotik).



Para ahli mencoba menyederhanakan pengertian limnologi ini dengan “ilmu yang mempelajari proses interaksi faktor fisika, kimia dan biologi dalam sistem perairan darat (inland waters), dimulai dari garis pantai ke arah darat”, yang dimaksud adalah perairan tergenang dan mengalir yang berada di daratan. Ilmu limnologi selain mendeskripsikan sifat morfologis, tipe habitat, keaneka-ragaman hayati, dan proses-proses dasar yang terjadi di dalamnya.



Di dalam ruang lingkup limnology tentu saja banyak factor yang memberikan pengaruh terhadap perairan. Salah satunya mikroorganisme seperti bakteri yang bertanggung jawab untuk mendekomposisi limbah organik. Bila bahan organik seperti tanaman mati, daun, kliping rumput, pupuk, kotoran, atau bahkan sampah makanan hadir dalam pasokan air, bakteri akan memulai proses pemecahan limbah ini. Ketika ini terjadi, banyak yang tersedia oksigen terlarut dikonsumsi oleh bakteri aerobik, organisme air lainnya mengambil oksigen yang mereka butuhkan untuk hidup.

Pada mulanya limnologi hanya diterapkan untuk perairan menggenang yang penekanannya pada danau air tawar alami, khususnya danau yang berukuran besar. Limnologi juga mempelajari waduk, yaitu genangan air sengaja dibuat manusia dari hasil pembendunagn sungai. Waduk dikenal dengan “danau buatan”. Karena waduk tidak terlepas dari aliran sungai. Maka sungai juga dipelajari dalam limnologi. Limnologi berkembang lagi mempelajari perairan payau, setelah berdirinya IATAL (International Association for Theoritical Applied) tahun 1992 (Musa dan Uun, 2006).

1.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengukur parameter fisika kimia perairan yaitu kecerahan, DO, BOD, Suhu serta pH.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Pengertian Limnologi (secara umum)
Menurut Musa, dan Uun (2006), menyatakan bahwa Limnologi berasal dari bahasa Yunani “Limne” artinya genangan air, yang berarti bisa kolam, rawa atau danau. Limnologi mempelajari tentang sistem perairan, di dalamnya termasuk danau dan kolam air tawar, danau dan kolam air asin, rawa, sungai (Rivers) dan aliran atau cucuran air (streams).
Menurut Ivanhodgson (2010), menyatakan bahwa istilah limnologi pertama kali digunakan oleh seorang ilmuwan berkebangsaan Swiss (Francois Alfonse Forei) pada tahun 1892 yang mendefinisikan limnologi sebagai cabang ilmu yang mempelajari komponen biotik di perairan darat permukaan yang bersifat menggenang atau lentik. Tahun 1996, Dussan  melengkapi definisi tersebut menjadi cabang ilmu yang mempelajari seluruh fenomena dan saling interaksi antar komponen biotik dan abiotik yang terjadi di dalamnya, baik pada ekosistem perairan darat permukaan yang tergenang (leutik) maupun pada perairan darat permukaan yang mengalir (liotik). Para ahli mencoba menyederhanakan pengertian limnologi ini dengan “ilmu yang mempelajari proses interaksi faktor fisika, kimia dan biologi dalam sistem perairan darat (luland waters), “dimulai dari garis pantai ke arah darat”, yang dimaksud perairan tergenang dan mengalir yang berada di daratan. Ilmu limnologi selain, mendeskripsikan sifat morfologis, tipe habitas, keanekaragaman hayati, dan proses-proses dasar yang terjadi di dalamnya. Lebih jauh lagi, karena perairan darat itu sangat terkait dengan daerah/kawasan yang berfungsi sebagai pensuplai airnya (Daerah Aliran Sungai = DAS), maka pengaruh aktivitas antro pomenik di DAS masing-masing perairan darat itu pun termasuk dalam kajian cabang ilmu yang disebut limnologi.



2.2.  Parameter Kualitas Air
A.   Parameter Fisika
a.    Suhu
Menurut Maire dalam Arfiati (1989), menyatakan bahwa suhu secara ekologi akan mempengaruhi penyebaran (distribusi) spesies. Karena organisme cenderung menempati lingkungan yang bersuhu sesuai bagi kehidupannya. Suhu secara fisiologi dapat mempengaruhi berbagai aktivitas biologi di dalam sel.
Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude) waktu dalam air, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran air, serta kedalaman badan air. Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viscusitas, rekasi kimia, evaporasi dan volansisasi. Peningkatan suhu ini disertai dengan penurunan kadar oksigen terlarut sehingga keberadaan oksigen melakukan proses metabolism dan respirasi. Ikan akan mengalami kerentanan tehadap penyakit pada suhu  yang kurang optimal. Fluktuasi suhu yang terlalu beasr akan menyebabkan ikan stress yang dapat mengakibatkan kematian pada ikan (Pratama, 2009)
Menurut Wibawa (2010), menyatakan bahwa stratifikasi suhu pada kolam air dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1.      Lapisan Epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari 320 C menjadi 280 C).
2.      Lapisan termokim yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari 280 C menjadi 210 C).
3.      Lapisan lipolimnion yaitu lapisan paling bawah dimana pada lapisan ini perbedaan suhu sangat kecil, relatif konstan.
b.    Kecepatan arus
Menurut Hynes dalam Arfiati (1989), menyatakan bahwa kuat lemahnya arus dapat mempengaruhi komunitas perifoton dan  berbagai komunitas hidrobiotik lainnya. Perairan berarus lemah, lebih banyak dihuni oleh perifeton dari pada perairan berarus kuat. Pada perairan berarus kuat, dengan kecepatan arus 1,21 m/detik atau lebih sehingga hanya organisme-organisme yang dapat menempel dengan kuat saja yang dapat menetap karena tidak terbawa arus.
Pada perairan berarus lemah dengan kecepatan arus 0,20 m/detik, algae perifeton akan lebih mudah berkembang, tetapi pada kecepatan arus kuat (1,00 m/detik) jumlah dan jenis alga perifeton akan menurun karena adanya tekanan mekanik arus (Liudstrom dan traen dalam Tesis, Arfiati, 1989).

c.    Kecerahan
Menurut Pratama (2009), menyatakan bahwa kecerahan merupakan ukuran transportasi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan secchidisk. Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan ke dalam air dan dinyatakan dengan (0/00), dari beberapaPanjang gelombang di daerah spectrum yanh terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar 1 meter,jatuh agak lurus pada permukaan air.Stratifikasi kolam air pada perairan tergenang yang disebabkan oleh intensitas cahaya yang masuk ke perairan dibagi menjadi 3 kelompok:
1.      Lapisan Eutrofik
2.      Lapisan Kompensasi
3.      Lapisan Preufondal
Menurut Akrimi dan Subroto (2002),menyatakan bahwa kecerahan air berkisar antara 40-85 cm,tidak menunjukkan perbedaan yang besar.Kecerahan pada musim kemarau adalah 40-85 cm,dan pada musim hujan antara 60-80 cm,kecerahan air di bawah 100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah.
Menurut Barus (2002),menyatakan bahwa berdasarkan intensitas cahaya perairan Bahari secara verttikial bibagi menjadi 3 wilayah,yaitu:
1.      Zona Eupotik
2.      Zona Disfotik
3.      Zona Afotik

d.                  Salinitas
Salinitas menggambarkan padatan total di dalam air. Setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida,semua bromide dan iodide digantikan oleh klorida dan semua bahan anorganik telah dioksida.Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (%).Nilai salinitas perairan itawar biasanya kurang dari 5%.Perairan payau antara 0,50%-30%,dan perairan laut 30%-40%.Pada perairan pesisir ,nilai salinitas sangat dipengaruhi oleh masuknya air tawar di sungai(Pratama,2009).
Menurut Agrifishery(2010), menyatakan bahawa salinitas deapat dilakukan dengan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan pengukuran dengan menggunakan alat yang disebut dengan refraktometer atau salinometer.Satuan untuk pengukuran salinitas adalah satuan gram per kilogram (ppt) atau promil (%).Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya berkisar antara 6-89 ppt dan perairan laut berkisar antara 30-35 ppt.
Menurut Barus (2002), klasifikasi air berdasarkan nilai salinitasnya,yaitu:
Jenis Air
Salinitas(%)
Limuis(air tawar)
Mixohalin(air payau)
Euhalin(air laut)
Hyperhalin
<0,5%
0,5-30%
30-40%
>40%

B. Parameter Kimia
1.                  pH
pH adalah cerminan dari derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hydrogen menggunakan rumus umum pH=-log(H+).Air murni terdiri dari ion H+ dan OH- dalam jumlah berimbang hingga pH air murni biasanya 7.Makin banyak ion OH- dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi Ph.Cairan demikian disebut cairan alkalis.Sebaliknya makin banyak ion H+ makin rendah Ph dan cairan tersebutbersifat masam(Andayani,2005).
2.      DO
Menurut Arfiati (2001),menyatakan bahwa air yang sangat dingin mengandung kurang dari 5% O2 dan akan menurun jika suhu air bertambah.
Berkurangnya O2 karena :
1.      Respirasi
2.      Dekomposisi
Perairan dengan O2 tinggi,keragaman organism biasanya tinggi.Jika O2 menurun,hanya organism yang toleran saja yang dapat hidup di tempat tersebut.Variasi O2 danau oligotroph biasanya rendah,sebaliknya danau eutroph tinggi. Sumber-sumber O2:
1.      Atmosfer : difusi,angin
2.      Fotosintesis
Menurut Sudaryati(1991),menyatakan bahwa di perairan alam konsentrasi oksigen terlarut dalam fungsi dari proses biologi seperti proses fotosintesa dan respirasi dan proses fisika seperti pergerakan air dan suhu.Di permukaan air konsentrasi oksigen rendah,dikedalaman tertentu di daerah fotik mencapai maksimum, dan di dasar perairan konsentrasinya menurun lagi ,selama stratifikasi panas ,konsentrasi oksigen terlarut di dasar perairan rendah karena pengambilan oleh mikroba untuk respirasi.
3.      Karbondioksida
Menurut Arfiati (2001),menyatakan bahwa CO2 merupakan gas yang sangat diperlukan dalam proses fotosintesis,di udara sangat sedikit 0,033% dan di dalam air melimpah dapat mencapai 12mg/l.Sumber CO2 dalam air adalah :
1.      Difusi dari udara
2.      Proses dekomposisi bahan organic
3.      Air hujan dan air bawah tanah tanah
4.      Hasil respirasi organisme
Karbondioksida dalam air dapat dijumpai dalam empat bentuk yaitu :
1.      CO2 gas yang bebas
2.      Asam karbonat HCO3
3.      Bikarbonat HCO3-
4.      Karbonat CO32-
Perairan tawar yang dikelilingi batu kapur cenderung mengandung CO2 yang lebih tinggi karena kapur lebih lunak daripada batu beku. Daur karbon dapat diketahui apabila kita mengetahui daur CO2,CO3,ataupun HCO3-. CO2 yang terdapat di atmosfer mengalami difusi dan agitasi kedalam air. CO2 terlarut dalam air dibutuhkan oleh tanaman air berklorofil serta fitoplankton untuk berfotosintesis. Kemudian semua komponen biotic di alam apabila telah mati akan mengalami dekomposisi oleh decomposer(pengurai) perairan yang diperuntukkan bagi kepentingan perikanan sebaiknya mengandung kadar karbondioksida bebas <5 mg/l Tapi sebagian besar organism aquatic dapat bertahan hidup hingga CO2 bebas mencapai 60 mg/l. Pada dasarnya, keberadaan karbondioksida di perairan terdapat dalam bentuk gas karbondioksida bebas (CO2) ion bikarbonat (HCO3-) ion karbon tersebut berkaitan dengan nilai pH (Pratama,2009).
( Google image, 2010)
4.      Alkalinitas
Menurut Pratama(2009) menyatakan bahwa total alkalinitas untuk perairan alami berkisar kurang dari 5 mg/l sampai lebih dari 500 mg/l. Perairan dengan total alkalinitas yang tinggi telahberkaitan dengan endapan batu kapur tanah. Nilai alkalinitas yang tinggi biasanya terdapat pada perairan daerah terang dimana penguapan konsentrasi ion diperairan lebih banyak terjadi dengan alkalinitas rendah ditemukan pada tanah berpasir dan tanah yang mengandung banyak bahan organic. Sebagian perairan yang tercemar bahan organikakan memiliki kadar alkalinitasnya yang rendah basa umumnya rasanya seperti sabun. Suatu zat yang dapat mengandumg gugusan hidroksit (OH) yang dalam larutan melepas ion H+.
Menurut HIckling dalam Akrumi dan Subroto (2002) menyatakan bahwa nilai alkalinitas antara 50-200 mg/l CACO3/l menandakan perairan tersebut berpotensi produksi sedang. Air danau arang-arang tidak termasuk dalam kisaran tersebut.Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesuburannya rendah.





BAB III
METODE
3.1. Waktu dan Tempat Praktikum
 Waktu                             : Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal
Tempat Praktikum             : Praktikum ini dulakuakn di waduk FAPERIKA     UR


3.2. Alat dan Bahan
3.2.1.  Alat Praktikum :

- Termometer air raksa : Untuk mengukur suhu air yang berada di cekdam
- Seechi disk : Untuk mengukur tranparansi cahaya
- pH meter : Untuk mengukur pH air
- Erlenmeyer 100ml : Untuk menampung sample air
- Refractometer : Untuk mengukur salinitas air
- Pipet tetes : Untuk mengambil sample yang digunakan
- Botol winkler 300 ml : Sebagai media sample dalam percobaan
- Kertas saring (wattmen) : Untuk menyaring sample air
- Corong kecil : Untuk mempermudah dalam memasukkan air
- Gelas ukur : Sebagai media dalam mengukur sample air
- Aquades : Sebagai bahan pengencer air
- Spektrofotometri : Untuk mengukur transmitan atau absorban
- Stopwatch : Sebagai pengukur waktu dalam percobaan
- Buret : Untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu



3.2.2.  Bahan Praktikum
- larutan indicator Phenolphtalein : Sebagai indikator asam
- larutan NaOH 0,1 N : Sebagai indikator basa





3.3. Cara Kerja
A.Parameter Fisika
1.                  Suhu
Pertama-tama disiapkan aklat dan bahan terlebih dahulu, yaitu: Thermometer Air Raksa berfungsi untuk mengukur suhu perairan dan air (perairan) berfungsi sebagai media yang akan diukur suhunya. Selanjutnya diambil thermometer Air Raksa dan dipegang bagian ujungnya yang terdapat tali raffia kemudian dimasukkan ke dalam perairan dengan membelakangi matahari agar suhu perairan yang diamati tidak terpengaruh panas matahari. Ditunggu selama 5 menit. Kemudian dibaca angka skala yang terdapat pada Thermometer Air Raksa dan dicatat.
4.      Kecerahan
Dalam praktikum limnologi untuk pengamatan kecerahan,pertama-tama di siapkan alat dan bahannya terlebih dahulu, diantaranya: secchi disk, yang berfungsi untuk mengatur/mengukur tingkat kecerahan air dalam suatu perairan, penggaris berfungsi untuk mengukur panjang tali pada secchi disk,karet gelang berfungsi sebagai penanda  d1 dan d2, air (perairan) sungai berfungsi sebagai media yang diukur kecerahannya. Cara pengukuran kecerahan, secchi disk diturunkan pelan-pelan hingga batas tampak dan  tidak tampak (tidak tampak pertama kali) yang diberi tanda dengan karet gelang dan diukur dengan penggaris dihitung sebagai d1 dan dicatat kedalamannya, lalu secchi disk diturunkan lebih dalam lagi hingga benar-benar tidak tampak, kemudian ditarik pelan-pelan hingga pertama kali terlihat dan diberi tanda menggunakan karet gelang sebagai d2 dan dicatat kedalamannya. Rata-rata hasil pengukuran tersebut merupakan nilai kecerahan perairan yang dihitung dengan rumus
D=  d1+d2
2


B. Parameter Kimia
1.      pH (poisononing hidrogen)
Pertama-tama disiapkan alat dan bahannya antara lain: pH paper berfungsi untuk megukur keasaman dari perairan. Air (perairan) berfungsi sebagai media yang diukur pHnya dan kotak standart berfungsi untuk mengetahui nilai pH yang di dapat. Selanjutnya dicelupkan pH paper ke dalam air (perairan) sekitar 1 menit kemudian dikibas-kibaskan sampai setengah kering agar tepat mendapatkan warna akhirnya, kemudian dicocokkan perubahan warna pada kotak satndart, selanjutnya dicatat warna apa yang sama dengan kotakl standart kemudian dilihat berapa pH tersebut dan dicatat hasilnya.

2.      Oksigen terlarut (DO/dissolved oxygen)
Ambil air waduk dengan cara dibuka dahulu tutup botol DO kemudian dimasukkan ke dalam perairan untuk diisi dengan air sungai, cara pengisiannya yakni botol DO botol DO dimiringkan dengan kemiringan 45° agar mempermudah dan diisi air sampai penuh. Setelah penuh tegakkan botol kemudian tutup botol. Penutup botol DO dilakukan ketika botol DO masih di dalam air agar tidak terdapat gelembung udara, selanjutnya angkat botol DO dan dibolak-balik.




BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Hasil yang diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
Suhu                            : 28  C
pH                               : 6
Arus                            : Tidak ada arus
Kecerahan                   : Sampai kedasar secchidisk masih tetap terlihat
O2 Terlarut (DO)         : 3,6 mg/L
BOD5                          : 2,2 mg/L
3.2. Pembahasan
A. Suhu
Suhu air mempunyai peranan penting dalam kecepatan laju metabolisme dan respirasi biota air, serta metabolisme ekosistem perairan. Temperature air secara langsung maupun tidak langsung berkaitan erat dengan fenomena limnologist yang terjadi pada setiap level kedalaman perairan dengan demikian temperature air bukan saja merupakan parameter fisika yang mempengaruhi sifat fisika-kimia air lainya, tetapi juga sifat fisiologis organisme yang hidup dalam media air tersebut. Oleh karena itu, pengukuran temperature pada setiap kedalaman sangat perlu guna mengetahui karateristik limno-biologis pada suatu perairan. (Soedarsono, 1990)
Dari hasil praktikum limnologi yang didapat pada pengukuran Suhu air yaitu 28  C Menurut Alimaturrahim (2009). Suhu permukaan di perairan Indonesia berkisar antara 28-30˚C. Perbedaan peneriamaan radiasi matahari disetiap wilayah menyebabkan perbedaan suhu terkait dengan perbedaan geografis laintang.

B. pH
pH adalah cerminan dari derajat keasaman yang diukur dari jumlah ion hydrogen menggunakan rumus umum pH=-log(H+).Air murni terdiri dari ion H+ dan OH- dalam jumlah berimbang hingga pH air murni biasanya 7.Makin banyak ion OH- dalam cairan makin rendah ion H+ dan makin tinggi Ph.Cairan demikian disebut cairan alkalis.Sebaliknya makin banyak ion H+ makin rendah Ph dan cairan tersebutbersifat masam(Andayani,2005).Pada praktikum ini kami dapat hasil pengukuran pH yaitu 6.
            Nilai rata-rata pH untuk setiap pengamatan berkisar antara 6,5 -6,7. JAMES (dalam WARDOYO, 1981) menyatakan bahwa batas pH minimum dan maksimum bagi organisme air tawar umumnya 4,1 – 11,0. Menurut Keputusan Menteri No.02/MENKLH/1988 bahwa pH kisaran untuk golongan C yaitu 6-9 maka pH Danau Simbad berada pada kisaran dimana organisme perairan terutama fitoplankton dan zooplankton  masih dapat hidup secara baik.
            Tingginya pH diduga karena lapisan fotosintesis lebih tebal sehingga akan lebih banyak karbondioksida yang terpakai oleh fitoplankton untuk proses fotosintesis. Derajat keasaman (pH) merupakan fungsi kadar karbondioksida yang larut. Fotosintesis merupakan suatu proses memanfaatkan karbondiokida bebas sehingga kadarnya berkurang di perairan, sedangkan proses dekomposisi dan respirasi hewan aquatik akan meningkatkan kadar karbondioksida. Meningkatnya karbondioksida di perairan akan menurunkan pH air. Menurut LYOD (dalam BERNARDINE), 1982) bahwa pH air antara 5 dan 6 tidak membahayakan pada semua spesies jika konsentrasi karbondioksida bebas tidak lebih dari 20 mg/l dan pH 6,5 jarang membahayakan organisme perairan jika karbondioksida bebas tidak lebih dari 100mg
C.  DO (Dissolved Oxygen)
Dari hasil praktikum limnologi yang didapat pada pengukuran DO yaitu 6,62 mg/l yang dihitung menggunakan rumus DO  Perairan sungai ini termasuk normal, untuk perairan DO air tawar.
Oksigen terlarut mungkin merupakan parameter kualitas air yang paling umum digunakan. Kalarutan oksigen atmosfer dalam air segar/tawar berkisar dari 14,6 mg/l pada temperatur 0˚ C hingga 7,1 mg/l pada temperatur 35˚ C pada tekanan 1 atm. Rendahnya kandungan oksigenterlarut dalam air berpengaruh buruk terhadap kahidupan ikan dan kehidupan akuakultur lainnya, dan kalau tidak ada sama sekali oksigen terlarut mengakibatkan munculnya kondisi aerobik dengan bau busuk dan permasalahan estetika (Devian, 2009).




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
  • Limnologi mempelajari tentang sistem perairan, didalamnya termasuk danau dan kolam air tawar, danau dan kolam air asin, rawa, sungai (rivers) dan aliran atau cucuran air.
  • Suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), waktu dalam air, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran air.
  • Kuat dan lemah arus dapat mempengaruhi komunitas perifiton
  • Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air dan dinyatakan dengan (0/00)
  • Nilai salinitas untuk perairan tawar biasanya antara 0-5 ppt.
  • Selama sratifikasi panas, konsentrasi oksigen terlarut didasar perairan rendah karena pengambilan oleh mikroba untuk respirasi
  • Daur karbon dapat diketahui apabila kita mengetahui daur CO3, CO32-,, ataupun HCO3-
  • Berdasarkan hasil praktikum didapat suhu 28, pH 6 Do 3,6 dan BOD 2,2

 5.2  SARAN
Dalam praktikum limnologi untuk kedepannya bisa lebih baik lagi dari praktikum tahun ini.




DAFTAR PUSTAKA
Andayani, Sri. 2005. Manajemen Kualitas Air Untuk Budidaya Perairan. Malang.
Arfiati, Diana. 1989. Komunitas-komunitas Alga perifiton di Sungai Cikaranggelem, Cikampek, Jawa Barat, sebagai Tempat Pembuangan Limbah Cair Pabrik Pupuk Urea. Bandung.
Barus, A. 2002. Pengantar Limnologi Jurusaan Biologi FMIPA. Universitas Sumatera Selatan. Palembang.
Devian, Sousa. 2009. Pengaruh Faktor Fisik terhadap Lingkungan Perairan dan Kehidupan Organisme. http://deviansousa.blogspot.com/2009/07/pengaruh-faktor-fisik-terhadap.html. Diakses tanggal 20 Januari 2012 pukul 15.30 WIB.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Jakarta.
Mspuh. 2009. Parameter Kualitas Perairan. http://mspuh.wordpress.com/category/kualitas-perairan. Diakses tanggal 20 Januari 2012 pukul 15.00 WIB..
O-fish. 2003. Parameter Umum Air. http://www.o-fish.com/parameter-air.htm..Diakses tanggal 20 Januari 2012 pukul 15.00 WIB..
Pratama, Lutfi. 2009. Limnologi. http://sebuah-nama-untuk-cinta.blogspot.com/2009/12/limnologi.html. Diakses tanggal 20 Januari 2012 pukul 15.00 WIB..
Sudaryanti, Sri. 1991. Dampak Mekanisme Alat Limnotek 3.1 terhadap Sebaran Oksigen Terlarut. Bogor.
Vedca. 2009. Teknologi Pengelolaan Kualitas Air. http://sitn.itb.ac.id/d4.akuakultur-kultur-jaringan/bahan-kuliah/I-Teknologi-pengelolaan-kualitas-air-dan-pengukuran.pdf. Diakses tanggal 20 Januari 2012 pukul 15.00 WIB..
Wibawa. 2010. Stratifikasi Suhu dan Pengaruhnya bagi Ikan. http://zonaikan.wordpress.com/2010/06/26/stratifikasi-suhu-dan-pengaruhnya-bagi-ikan. Diakses tanggal 20 Januari 2012 pukul 15.00 WIB..

QOq��2

0 komentar:

Posting Komentar