Selasa, 27 November 2012

Laporan Praktikum Ekologi


A.    PENDAHULUAN
KONSEP
1.      Pengertian ekologi
Apa bila ditinjau dari segi proses alam, sesungguhnya ekologi telah dikenal oleh manusia sejak lama sesui dengan sejarah peradaban manusia. Manusia, seperti halnya makhluk-makhluk hidup lainnya selalu berinteraksii dengan lingkungannya. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya, demikian juga interaksi antara setiap organisme dengan lingkungannya merupakan proses yang tidak sederhana melainkan suatu proses yang kompleks, karena didalam lingkungan hidup terdapat banyak komponene yang disebut komponene lingkungan (Solemarwoto,1983). Berdasarkan konsep dasar pengetahuan ekologi, komponen lingkungan yang dimaksud tersebut juga dimaksud komponen ekologi karena setiap kompponen lingkungan tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berhubungan dan saling memengaruhi baik secara langsung maupun secara tidak langsung ( Odum, 1993).
2.Konsep Organisasi pada Tingkat Populasi
Kata populasi berasal dari bahasa latin, yaitu populus yang berarti rakyat atau penduduk (Irwan,1992). Dalam ilmu ekologi, yang dimaksud dengan populasi, sekelompok individu yang sejenis atau sama spesiesnya (Irwan,1992; Heddy, Soemitro, dan Soekartomo,1986; Odum,1993). Menurut Resosoedarmo dkk. (1986), populasi merupakan kelompok organisme sejenis yang hidup dan berbiak  pada suatu aderah tertentu, misalnya populasi manusia di Jakarta pada tahun 2002, populasi gajah di Taman Nasional Way Kambas pada tahun 2002, populasi badak di Ujungkulon pada tahun 2000, populasi pohon jati di perkebunan Purwakarta pada tahun 1991. Di dalam menyebut suatu populasi harus dilakukan dengan cara menyebut batas waktu dan tempatnya. Dengan demikian, populasi merupakan kelompok kolektif organisme dari spesies sama yang menempati ruang dan memiliki cirri yang merupakan milik kelompok.
Suatu organisme tidak dapat hidup sendirian, akan tetapi harus hidup bersama-sama dengan organisme lain, baik dengan organisme yang sejenis maupun yang tidak sejenis dalam suatu tempat tumbuh atau habitat. Berbagai organisme besar ataupun kecil yang hidup disuatu tempat tumbbuh akan bergabung kedalam suatu persekutuan yang disebut komunitas biotic. Menurut Resosoedarmo dkk. (1986), semua komponen komunitas biotic terikat oleh adanya ketergantungan antaranggota-anggotanya sebagai suatu unit. Komunitas biotic ini terdiri atas kelompok-kelompok kecil yang anggota-anggotanya bergabung secara erat satu sama lain, sehingga masing-masing kelompok kecil ini menjadi lebih bersatu. Masing-masing kelompok kecil dalam komunitas biotic dinamakan populasi. Pada populasi ini mempunyai tingkat organisasi yang lebih tinggi dari pada individu-individu organisme yang merupakan kesatuan yang nyata karena memiliki ciri atau karakteristik unik yang dimiliki populasi dan bukan milik individu dalam populasi (Resosoedarmo dkk.,1986;Irwan,1992).
Karakteristik Populasi
Sebuah populasi memiliki karakteristik yang berbeda dari populasi lainya. Menurut Gopal dan Bhardwaj(1979), karakteristik yang dimiliki populasi antara lain densitas (kepadatan atau kerapatan), natalitas(angka kelahiran), mortalitas( angka kematian), laju kenaikan populasi, umur dan sex ratio, serta agregasi.odum (1993) dan Irwan (1992) menyebutkan tentang karakteristik yabg dimiliki suatu populasi mencakup kepadatan, natalitas, mortalitas, penyebaran umur, potensi biotic, dispersi (penyebaran) , dan bentuk pertumbuhan atau perkembangan. Populasi jg mempunyai karakteristik genetic yang secara langsung berhubungan dengan ekologinya, misalnya sifat adaptif, keserasian reproduktif, dan ketahanan. Selain karakteristik populasi seperti yang telah dikemukakan tersebut, masih ada karakteristik yang sangat  penting untuk menyatakan kondisi suatu populasi, Yaitu populasi atau penyebaran intern ( Heddy dkk., 1986).masing-masing karakteristik populasi tersebut diuraikan sebagai berikut.

Densitas Populasi
Densitas populasi adalah besarnya populasi dalam suatu unit ruang, yang pada umumnya dinyatakan sebagai jumlah individu-individu dalam setiap unit luas atau volume (Gopal dan Bhardwaj, 1979). Densitas populasi itu disebut juga kerapatan atau kepadatan populasi (Irwan, 1992). Istilah kerapatan lazim digunakan untuk densitas manusia.
Perlu dicatat bahwa densitas populasi bervariasi menurut waktu dan tempat. Dalam pengkajjian suatu kondisi populasi, densitas populasi merupakan parameter utama yang perlu diketahui. Pengaruh suatu populasi terhadap komunitas atau ekosistem sangat bergantung kepada spesies organisme dan jumlah atau densitas populasinya. Dengan kata lain bahwa densitas populasi merupakan salah satu hal yang menentukn pengaruh populasi terhadap komunitas atau ekosistem. Selain itu, densitas populasi sering dipakai untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam populasi pada saat tertentu. Perubahan yang dimaksud adalah berkurang atau bertambahnya jumlah individu dalam setiaap unit luas atau volume.
Natalitas populasi
Natalitas, yaitu reproduksi individu baru dri suatu populasi (Gopal dan Bhardwaj, 1979). Menurut Odum (1993), natalitas atau angka kelahiran, yaitu kemampuan populasi untuk bertambah. Natalitas ekuivalen dengan angka kelahiran dalam terminology (peristilahan) pengkajian populasi manusia (demografi). Pada kenyataannya, istilah natalitas memiliki arti yang luas meliputi produksi individu-individu baru organisme yang terjadi baik karena dilahirkan, ditetaskan, ditumbuhkan ataupun karena pembelahan sel.
Natalitas bervariasi untuk organisme yang berbeda dalam populasi. Banyak spesies serangga mampu meletakkan telurnya dalam jumlah banyak (beberapa ribu telur) pada suatu waktu, sedangkan pada beberapa spesies ikan dan mamalia, hanya memberikan sedikit keturunan pada suatu waktu. Ada di antara tetumbuhan tertentu yang dapat menghasilkan ribuan spora atau beberapa ratus biji. Jumlah maksimum individu baru yang dapat dihasilkan dari tiap induk pada kondisi lingkungan yang ideal disebut natalitas potensial atau natalitas fisiologis.
Sebagaimana densitas, bahwa natalitas dapat dibedakan atas laju kelahiran kasar dan laju kelahiran spesifik (Gopal dan Bhardwaj,1979).
1.      Laju kelahiran kasar, yaitu jumlah kelahiran dalam populasi, misalnya 30 kelahiran perseribu induk.
2.      Laju kelahiran spesifik, yaitu kecepatan kelahiran untuk organisme dari umur atau jenis kelamin tertentu,
Natalitas diantara tetumbuhan secara umum berada pada kapasitas reproduktif yang merupakan jumlah individu yang dapat dibesarkan dari masing-masing induk setelah keberhasilan perkecambahannya.
Natalitas merupakan suatu kecepatan tumbuh populasi yang diperoleh dari jumlah individu-individu baru yang dihasilkan perunit waktu. Natalitas dapat diukur dan dinyatakan dengan berbagai cara sebagai berikut (Gopal dan Bhardwaj, 1979).
Factor-faktor yang mempengaruhi natalitas populais antara lain sebagai berikut (Wiersum,1973 dalam Alikodra, 1980).
1.      perbandingan jenis kelamin dan kebiasaan kawin. Perbandingan jenis kelamin adalah perbandingan antara jumlah jantan dan betina dalam suattu populasi. Untuk binatang, pada umumnya berbanding jenis kelamin dinyatakan sebagai jumlah jantan dalam 100 ekor betina.
2.      umur perkembangbiakan maksimum, yaitu umur tertua yang dicapai suatu organisme yang masih memiliki kemampuan berkembangbiak.
3.      umur perkembangbiakan minimum, yaitu umur temuda suatu organisme yang mulai memiliki kemampuan berkembang biak.
4.      jumlah sarang pertahun, untuk binatang. Jumlah pasangan usia subur pertahun, untuk manusia.
5.      jumlah anak persarang atau jumlah telur persarang, untuk binatang. Jumlah anak tiap pasangan usia subur, untuk manusia.
6.      densitas populasi itu sendiri. Densitas populasi makin besar, maka natalitas makin besar. Natalitas yang semakin besar, maka densitas populasi akan meningkat.
Mortalitas populasi
Mortalitas ( angka kematian ), yaitu jumlah individu yang mati dalam populasi untuk suatu periode waktu tertentu ( Odum, 1993; Gopal dan Bharwaj, 1979). Dapat dikatakan bahwa mortalitas merupakan kebalikan dari natalitas, dan angka mortalitas ekuivalen dengan angka kematian pada demografi manusia (Odum, 1993). Oleh karena itu, seperti pada natalitas bahwa mortalitas dapat dinyatakan sebagai individu yang mati dalam kurun waktu tertentu. Kematian merupakan keharusan bagi setiap individu dan bergantung kepada lingkungan yang merugikan, persaingan, pemangsaan, dan penyakit. Namun perlu diingat bahwa mortalitas itu karakteristik untuk populasi bukan karakteristik individu karena individu hanya mati sati kali, sedangkan populasi memiliki kematian dalam periode waktu tertentu.
Factor-faktor yang memengaruhi mortalitas dapat dikelompokan ke dalam empat golongan sebagai berikut (Alikodra, 1980).
1.      factor-faktor yang mematikan yaitu factor-faktor yang secara langsung mematikan atau mengurangi populasi, misalnya pemangsaan ( predasi), pemburuan, penyakit, kelaparan dan kecelakaan.
2.      factor-faktor kesejahteraan, yaitu factor-faktor yang berhubungan dengan kualitas lingkungan hidup, misalnya kualitas makanan, kualitas minuman, kualitas udara, kualitas pelindung, dan kualitas ruang atau tempat hidup.
3.      factor-faktor berpengaruh, yaitu factor-faktor yang memengaruhi keadaan kualitas dan kuantitas makanan dan minuman (air), udara, pelindung, dan ruang atau tempat hidup. Contoh yang termasuk factor tersebut adalah kegiatan  manusia berupa usaha pengeringan, pembakaran hutan, penebangan hutan, penggalian tambang, penggembalaan liar.
4.      kematian karena umur yang telah tua.
Penyebaran Umur
Penyebaran umur merupakan salah satu karakteristik populasi yang memengaruhi mortalitas dan natalitas , karena perbandinagn dari berbagai golongan umur individu-iindividu di dalam populasi akan menetukan status reproduktif yang sedang berlangsung pada populasi dan menyatakan kondisi yang dapat diharapkan pada mas mendatang.
Menurut Bodenheimer (1958 dalam Odum, 1993; Gopal dan Bhardwaj, 1979), populasi dapat dibagi ke dalam tigga kelas umur (umur ekologi), yaitu prareproduktif, reproduktif, dan pascareproduktif.
1.      prareproduktif, yaitu populasi yang sebagian besar anggotanya adalah individu-individu yang umur muda. Populasi demikian merupakan populasi yangs edang berkembang cepat.
2.      reproduktif, yaitu populasi yang sebagian besar anggotanya individu-individu berumuur sama dengan umur rata-rata populasi. Dengan kata lain, populasi tersebut memiliki pembagian umur yang lebih merata, sehingga populasi seperti itu dikatakan dalam kondisi mantap
3.      pascareproduktif, yaitu populais yang sebagian besar anggotanya adalah individu-iindividu berumur tua. Ppulasi demikian merupakan populasi yang sedang menurun.
Distribusi (penyebaran) intern
Individu-individu yang ada di dalam populasi mengalami penyebaran di dalam habitatnya mengikuti salah satu di antara tiga pola penyebaran yang disebut pola distribusi intern. Menurut Odum (1993), tiga pola distribusi intern yang dimaksudkan antata lain distribusi acak (random), distribusi seragan (uniform), dan distribusi bergerombol (clumped). Ciri-ciri dan terjadinya pola distribusi intern tersebut dapat diuraikan masing-masing sebagai berikut
  1. Distribusi acak
distribusi acak terjadi apabila kondisi llingkungan seragam, tidak ada kompetisi yang kuat antar individu anggota populasi, dan masing-masing individu tidak memilliki kecendrungan untuk memisahkan diri.
2. Distribusi seragam
distribusi seragam terjadi apabila kondisi lingkungan cukup seragam diseluruh area dan ada kompetisi yang kuat antar individu anggota populasi. Kompetisi yang kuat antar individu anggota populasi akan mendorong terjadinya pembagian ruang sama(Odum,1993). Heddy dkk.(1986) memberikan contoh bahwa pada hutan yang lemah maka pohon-pohon yang tinggi hamper mempunyai distribusi seragam. Pohon-pohon dominant di hutan demikian jarajnya teratur karena kompetisi yang sangat kuat untuk mendapatkan cahaya dan unsure hara.
3. Distribusi bergerombol
distribusi bergerombol pada populasi merupakan distribusi yang umum terjadi di alam, baik bagi tumbuhan maupun bagi binatang. Distribusi bergerombol terjadi karena berbagai sebab antara lain sebagai berikut (Heddy dkk.1986)
a.                   kondisi lingkungan jarang yang seragam, meskipun pada area yang sempit. Perbedaan kondisi tanah dan iklim pada suatu area akan menghasilkan perbedaan dalam habitat yang penting bagi setiap organisme yang ada di dalamnya, karena suatu organisme akan ada pada suatu area yang factor-faktor ekologinya tersedia dan sesuai bagi kehidupannya.
b.                  Pola reproduksi dari suatu individu-individu anggota populasi. Bagi tumbuhan yangbereproduksi secara vegetatif, juga bagi binatang yang masih muda menetap bersama dengan induknya merupakan suatu kekuatan yang mendorong terjadinya penggerombolan.
c.                   Prilaku hewan yang cenderung membentuk kesatun atau membentuk kolonimerupakan kekuata yang mendorong terjadinya distribusi bergerombol. Demikian juga daya tarik seksual bagi binatang merupakan kekuatan yang mendorong terjadinya distribusi bergerombol.
Distribusi bergerombol dapat meningkatkan kompetisi didalam meraih unrur hara, makanan, ruang, dan cahaya. Akan tetapi, pengaruh yyang merugikan dari kompetisi itu ternyata sering kali dikompensasi dengan sesuatu yang menguntungkan
Didalam pola distribusi bergerombol ternyata tiap-tiap kelompok ada kemungkinan tersebar secara acak, seragam,  ataupun secara berkempul. Oleh karena itu, tipe distribusii secara keseluruhan dapat terjadi: secara acak, seragam, bergerombol secara acak, bergerombol secara seragam, dan bergerombol berkumpul (Odum,1993). Lebih lanjut odum (1993) mengenukakan bahwa agregasi akan penggerombolan individu-individu organisme anggota populasi terjadi akibat beberapa hal, antara lain :
1.                  menanggapi adanya perubahan cuaca harian atau .musiman,
2.                  menanggapi  perbedaan kondisi habitat setempat,
3.                  sebagian akibat dari proses reproduksi, dan
4.                  sebagai akibat daya tarik social.
Pada populasi binatang terdapat sifat-sifat khas yang berkaitan dengan tingkah lakunya antara lain teritorialitas, migrasi, makan, bersarang (nesting), dan tingkah laku kawin (Gopal dan Bhardwaj, 1979).
1). Emigrasi, yaitu gerakan individu-individu anggota populasi atau anak-anaknya atau bakal kehidupan lainnya keluar batas daerah populasi, sehingga menyebabkan densitas populasi berkurang. Emigrasi ini merupakan gerakan satu arah keluar batas daerah populasi.
2). Imigrasi, yaitu gerakan individu-individu anggota populasi atau anak-anaknya atau bakal kehidupan lainnya kedalam dan keluar batas daerah populasi, sehingga menyebabkan densitas populasi bertambah. imigrasi ini merupakan gerakan satu arah kedalamr batas daerah populasi.
3). Migrasi, yaitu gerakan individu-individu anggota populasi atau anak-anaknya atau bakal kehidupan lainnya kedalam dan keluar batas daerah populasi, sehingga menyebabkan densitas populasi berubah-ubah setiap saat. Imigrasi tersebut merupakan gerakan dua arah kedalam dan keluar batas daerah populasi, atau merupakan gerakan datang dan pergi secara periodic.
 Disperse individu-individu anggota populasi berpengaruh terhadap kondisi populasi seperti pada densitas populasi. Akan tetapi, mengingat disperse populasi itu terjadi secara berangsur-angsur sehinggah perubahan densitas populasi sering tidak dirasakan atau berpengaruh kecil terhadap seluruh populasi terutama jika satuan populasinya besar. Hal itu kemungkinan terjadi karena emikrasi di imbangi oleh imigrasi atau sebaliknya, atau karena pertambahan dan pengurangan populasi di kompensasi oleh natalitas dan mortalitas.
TUJUAN PRATIKUM
Pratikum ini bertujuan  untuk:
  1. Memperkenalkan sampling dengan plot bujur sangkar dan transek sabuk untuk mengetahui jumlah dan struktur anggota populasi.
  2. Memperkenalkan pemeriksaan morfometri untuk mengetahui heterogenitas anggota suatu populasi.
  3. memberikan keterampilan dasar dalam melakukan survey dan mendiskripsikan status sebuah populasi di alam.


B. CARA KERJA
B.1. Sampling Populasi Tumbuhan
  1. Sediakan seperangkat alat tulis, tali raffia(untuk seluruh kelompok) dan pita ukur (meteran gulung) serta sebuah kompas.
  2. Pergi kelapangan yang ditunjukan asisten dimana sudah disiapkan sebuah “populasi tumbuhan” oleh asisten (bendera kuning = pohon, bendera biru = pancang, benderah merah = semai/anakan).
  3. Lakukan karakterisasi singkat terhadap kondisi habitat (didalam plot ini) dimana “populasi” tersebut berada.
  4. Buatlah sebuah plot berukuran 100 x 100 m dan bagilah menjadi 100 subplot berukuran 10 x 10 m. gunakan kompas agar sebisa mungkin sisi plot menghadap mata angina (utara, barat, selatan dan timur).
  5. Berilah nomor urut (mulai 1, 2, 3, dan seterusnya hingga 100) untuk masing- masing subplot (mulai dari subplot paling ‘kiri’ atas).
  6. Lakukan sampling secara sistematik dengan cara mengambil subplot nomor 4,14, 24, 34, 44,54, 64, 74, 84, 94.
  7. Lakukan sampling secara acak (random) dengan memilih 10 subplot dengan cara mengundi. Hasil pengundian adalah subplot nomor 3, 7, 8, 10,12, 24, 30, 75, 76, 100.
  8. Lakukan sampling dengan menggunakan sabuk transek. Pilihlah baris atau kolom dalam plot sesuai nomor kelompok yaitu subplot nomor 4, 17, 24, 37, 44, 57, 64, 77, 84, 97, 40, 39, 38, 37, 36, 35, 34, 33, 32, 31.
  9. Hitunglah hasil samplingnya dengan plot bujur sangkar (estimasi jumlah anggota populasi).
  10. Tabulasikan hasil perhitungan dan buatlah nilai rata-rata dari masing-masing hasil sampling.


B.2. Pemeriksaan Morfometri Populasi Hewan
1.      Sediakan alat tulis, penggaris, dan kalkulator.
2.      Asisten akan  memberikan hasil sampling ikan (dari karton) yang berasal dari 12 tempat (populasi 1s/d 12). Setiap kelompok akan menerima hasil sampling dari sebuah populasi .
3.      Lakukan pengukuran panjang dan lebar tubuh (hingga ke 1 mm terdekat) dari masing-masing individu kepiting yang di perolaeh.
4.      Tabulasikan secara kolektif (semua kelompok)hasil pengukuran tersebut dalam tabel.
5.      Buat histogram hasil pengukuran mofometri (nilai rata-rata pengukuran panjang dan lebar kerapas kepiting).
6.      Bandingkan mofometri kepiting dari semua populasi yang diperiksa.
7.      Hitunglah nilai rentang (R), dengan rumus :
R= Nilai data terbesar – Nilai data terkecil
8.      Banyak kelas (k), dengan rumus :
k= 1 + (3,3) (log n) dengan n = jumlah individu/jumlah data
9.      Panjang kelas, dengan rumus :
p= R/k





  1. HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
C.1. Populasi Tumbuhan
Lampiran : 1. Data kelas
                   2. Data kelompok
                            3. Hitungan kelompok
                            4. Estimasi kelompok












LAMPIRAN 3. HITUNGAN KELOMPOK
Hasil:
    1. Sampling secara sistematik
# Anakan
            N= Jumlah sampel/jumlah plot × 100 = 16/10 ×100 = 160/ha
# pancang
            N= jumlah sample/jumlah plot × 100 = 10/10 × 100 = 100/ha
# pohon
            N= jumlah sample/ jumlah plot × 100 = 10/10 × 100 = 100/ha
    1. Sampling secara random
# Anakan
            N= Jumlah sampel/jumlah plot × 100 = 16/10 ×100 = 160/ha
# pancang
            N= jumlah sample/jumlah plot × 100 = 15/10 × 100 = 150/ha
#  Pohon
            N= jumlah sample/ jumlah plot × 100 = 6/10 × 100 = 60/ha
    1. Sampling secara transek
# Anakan
            N= Jumlah sampel/jumlah plot × 100 = 38/20 ×100 = 190/ha
# pancang
            N= jumlah sample/jumlah plot × 100 = 18/20 × 100 = 90/ha
#  Pohon
            N= jumlah sample/ jumlah plot × 100 = 20/20 × 100 = 100/ha





LAMPIRAN 4. TABEL ESTIMASI
            Tabel data kelompok IV hasil estimasi populasi yang diperoleh dengan tiga metode sampling.
Hasil Estiminasi Populasi yang diperoleh dengan metode sampling
Sistematik                    (menggunakan subplot)
Acak               (menggunakan subplot)
Acak                (menggunakan  transek)
Semai
pancang
pohon
semai
pancang
pohon
semai
pancang
pohon
160
100
100
160
150
60
190
90
100

Rekapitulasi data kelas hasil sistemasi yang diperoleh dengan tiga metode sampling.
Kelompok
Hasil Estimasi Populasi yang diperoleh dengan metode sampling
Sistematik              (menggunakan Subplot)
Acak                  (menggunakan Subplot)
Acak                  (menggunakan Subplot)
Semai
Pancang
Pohon
Semai
Pancang
Pohon
Semai
Pancang
Pohon
1
150
150
60
130
150
50
195
115
55
2
150
130
70
230
100
70
195
135
90
3
140
90
80
170
100
700
210
105
65
4
160
100
100
160
150
60
190
90
100
5
220
180
70
200
120
50
140
115
50
6
230
150
80
280
150
100
195
160
100
7
220
110
80
140
140
80
135
90
80
8
220
130
40
170
90
60
195
155
45
9
180
100
90
160
120
80
215
105
60
10
220
110
30
240
130
80
155
165
45
Rerata
189
125
70
188
152
70
182.5
123.5
69


C.2. Morfometri Populasi Hewan
Lampiran :          1. Tabel data panjang, lebar dan (panjang/lebar) karapas kepiting.
2. Tabel frekuensi panjang kerapas kepiting.
3. Tabel frekuensi lebar karapas kepiting.
4. Kurva panjang karapas kepiting.
5. Kurva lebar karapas kepiting.
6. Kurva gabungan panjang dan lebar karapas kepiting.












LAMPIRAN 1
Tabel rekapitulasi panjang, lebar dan (panjang/lebar) karapas dalam populasi kepiting kelompok IV.
Individu
Panjang
Lebar
Panjang/Lebar
1
8,5
5,5
3
2
9
6
3
3
10,2
6,7
3,5
4
8,9
5,9
3
5
8,9
5,9
3
6
10,2
6,7
3,5
7
8,9
5,9
3
8
9,6
6,7
2,9
9
9,6
6,7
2,9
10
8,9
5,9
3
11
7,1
4,6
2,5
12
10,2
6,7
3,5
13
10,2
6,7
3,5
14
10,2
6,7
3,5
15
10,2
6,7
3,5
16
10,2
6,7
3,5
17
8,9
5,9
3
18
8,9
5,9
3
19
8,9
5,9
3
20
8,9
5,9
3
21
10,2
6,7
3,5
22
8,9
5,9
3
23
9,6
6,3
3,5
24
10,2
6,7
3,5
25
10,2
6,7
3,5
26
10,8
7,1
3,7
27
10,8
7,1
3,7
28
9,6
6,3
3,3
29
10,2
6,7
3,5
30
10,2
6,7
3,5
31
10,8
7,1
3,7
32
10,8
7,1
3,7
33
10,8
7,1
3,7
34
8,4
5,4
3
35
8,9
5,9
3
36
8,9
5,9
3
37
8,9
5,9
3
38
8,9
5,9
3
39
8,4
5,4
3
40
8,4
5,4
3
41
8,4
5,4
3
42
8,9
5,9
3
43
10,2
6,7
3,5
44
7,1
4,6
2,5
45
8,9
5,9
3
46
7,9
4,9
3
47
7,9
4,9
3
48
9,6
6,3
3,3
49
9,6
6,3
3,3
50
7,9
4,9
3
51
8,9
5,9
3
52
9,6
6,3
3,3
53
9,6
6,3
3,3
54
7,1
4,6
2,5
55
7,9
49
3
56
7,1
4,6
2,5
57
7,9
6,3
3,3
58
7,1
4,6
2,5
59
9,6
6,3
3,3
60
8,6
6,3
3,3
61
9,6
6,3
3,3
62
9,6
6,3
3,3
63
7,8
5,1
2,7
64
8,5
5,5
3
65
8,9
6
2,9
66
7,8
5,1
2,7
67
7,8
5,1
2,7
68
9
6
3
69
9,6
6,3
3,3
70
9
6
3
71
8,5
5,5
3
72
8,5
5,5
3
73
7,8
5,5
2,7
74
7,1
4,7
2,4
75
8,9
6
2,9
76
8,5
5,5
3
77
8,5
5,5
3
78
8,5
5,5
3
79
9,6
6,3
3,4
80
9,6
6,3
3,3
81
7,8
5,1
2,7
82
8,5
5,5
3
83
8,5
5,5
3
84
8,5
5,5
3
85
8,5
5,5
3
86
7,8
5,1
2,7
87
9
6
3
88
7,8
5,1
2,7
89
8,9
5,5
3
90
9,6
6,3
3,3
Rerata
8,97
5,89
3.04
Perhitungan :
# Nilai rencana
-          Panjang
R   = Nilai data tersebar – Nilai data terkecil
      = 10,8 – 7,1
      = 3,7
-          Lebar
R   = Nilai data terbesar – nilai data terkecil
      = 7,1 – 4,6
      = 2,5
# Banyak Kelas (K)
-          Panjang
K   = 1 + (3,3) (log n)
K   = 1 + (3,3)(log 90)
      = 1 + 6,45
      = 7,45
-          Lebar
K   = 1 + (3,3) (log n)
= 1 + (3,3)(log 90)
= 1 + 6,45
= 7,45
# panjang kelas
-          Panjang
P = R/K = 3,7/7,45 = 0,5
-          Lebar
P = R/K = 2,5/7,45 = 0,3
LAMPIRAN 2
Tabel Frekuensi panjang karapas kepiting
Nomor
Interval kelas (cm)
Frekuensi
Frekuensi       kumulatif
1
7,1 - 7,6
6
6
2
7,7 - 8,2
12
18
3
8,3 - 8,8
17
35
4
8,9 - 9,4
22
57
5
9,5 - 100,0
15
72
6
10,1 - 10,6
13
85
7
10,7 - 11,22
5
90










LAMPIRAN 3
Tabel frekuensi lebar karapas kepiting
Nomor
Interval kelas (cm)
Frekuensi
Frekuensi        kumulatif
1
4,6 - 4,9
6
6
2
5,0 - 5,3
12
18
3
5,4 - 5,7
16
34
4
5,8 - 6,1
22
56
5
6,2 - 6,5
16
72
6
6,6 - 6,9
13
85
7
7,0 - 7,3
5
90










PEMBAHASAN
PERTANYAAN-PERTANYAAN UNTUK PEMBAHASAN
Sampling populasi tumbuhan
  1. Seberapa besar perbedaan antara hasil-hasil estimasi populasi (N) yang diperoleh dengan metode sampling berbeda ?
Jawab :
# Semai
            Sistematik       = 189
            Acak                = 188
            Transek            = 182,5
Besar perbedaan => sistematik & acak           = 189 – 188 x 100 % = 0,53 %
                                                                                189
                                 Sistematik & transek      = 189 – 182,5 x 100 % = 3,44 %
                                                                                189
                                 Acak & transek              = 188 – 182,5 x 100 % = 2,92 %
                                                                                188
# pancang
            Sistematik       = 125
            Acak                = 152
            Transek            = 123,5
Besar perbedaan => sistematik & acak           = 125 – 152 x 100 % = 21,6 %
                                                                                125
                                Sistematik & transek       = 125 – 123,5 x 100 % = 1,2 %
                                                                                125
                                Acak & transek               = 152 – 123,5 x 100 % = 18,75 %
                                                                                 152

# pohon
            Sistematik       = 70
            Acak                = 70
            Transek            = 69
Besar perbedaan => sistematik & acak           = 70 – 70 x 100 % = 0 %
                                                                               70
                                Sistematik & ktransek     = 70 – 69 x 100 % = 1,43 %
                                                                               70
                                Acak & transek               = 70 – 69 x 100 % = 1, 43 %
                                                                              70

  1. Seandainya ada perbedaan-perbedaan, terangkan apakah perbedaan ini disebabkan oleh cara sampling yang tidak atau kurang tepat ?
Jawab :
            Perbedaan-perbedaan ini tidak disebabkan oleh cara sampling yang tidak atau kurang tepat karena sebagian besar dari ketiga metode menghasilkan perbedaan hasil estimasi yang kecil. Adapun perbedaan yang relative besar lebih dari 10 % itu mungkin dikarenakan salah perhitungan dan ketidak mtelitian dalam praktek mengambil sampel di lapangan.

  1. Dapatkah dari data yang diperoleh diketahui bagaimana sebaran individu dari pohon, pancang maupun anakan dalam plot yang diperiksa ?
Jawab :
            Sebaran individu dari pohon, pancang, maupun anakan dalam plot.
Pohon : sebaran secara merata karena dalam tabel estimasi dapat kita lihat hasilnyya hamper sama kyaitu 70, 70, 69. Jadi pohon tersebar merata.

Pancang : sebaran individunya adalah acak, dapat dilihat dari subplot data kelas.

Anakan : sebaran individunya adalah mengelompok, dapat dilihat dari subplot data kelas

  1. Bagaimanakah struktur populasi tumbuhan tersebut ditinjau dari hasil survey dengan cara sampling yang berlainan ?
Jawab :
            Struktur populasi tumbuhan tersebut ditinjau dari hasil survey dengan cara sampling yang berlainan tentu saja berbeda anatar ketiga cara metode sampling. Karena misallkan dengan metode transek hanya mengambil sampel dari subplot bidang vertical dan horizontal, jadi tidak dapat dipercaya keakuratan hasil datanya karena subplot yang disampling adalah subplot yang saling berdekatan. Oleh karena itu agar menghasilkan data yang akurat sebaiknya dan seharusnya menggunakan tiga metode agar dapat membandingkan tiap data dan menarik kesimpulan yang lebih akurat.


Pemeriksaan morfometri dalam populasi hewan

1.      Adakah perbedaan antara rerata panjang dan/atau lebar tubuh kepiting dari satu populasi apabila dibandingkan dengan hal yang sama dari populasi kepiting yang lain /
Jawab :






2.      Bagaimana rasio panjang-lebar karapas untuk kepiting dalam populasi berdasarkan umr (infanst, juveniles, adult)
Jawab :
      Infants             = 20 – 80 mm
      Juveniles          = 70 – 150 mm
      Adult               = 150 – 200 mm


  1. KESIMPULAN
Bahwa penggunaan metode sampling sangatlah baik dengan tiga cara yaitu sampling acak, sampling sisitematik, dan sampling transek. Karena saling melengkapi data dan data jadi lebih akurat.
Untuk morfometri hewan jika ukuran karapas normal maka dapat dibuktikan dengan grafik/histogram. Dimana kurva panjang dan lebar saling bertindihan.









E.     REFERENSI
Ewusi, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Terjemahan oleh Usman Tanuwidjaja. Penerbit Institut Teknologi Bandung.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Soegianto, agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya : Usaha Nasional

0 komentar:

Posting Komentar