A. PENDAHULUAN
KONSEP
1. Pengertian ekologi
Apa
bila ditinjau dari segi proses alam, sesungguhnya
ekologi telah dikenal oleh manusia sejak lama sesui dengan sejarah peradaban
manusia. Manusia, seperti halnya makhluk-makhluk hidup lainnya selalu
berinteraksii dengan lingkungannya. Interaksi antara manusia dengan
lingkungannya, demikian juga interaksi antara setiap organisme dengan
lingkungannya merupakan proses yang tidak sederhana melainkan suatu proses yang
kompleks, karena didalam lingkungan hidup terdapat banyak komponene yang
disebut komponene lingkungan (Solemarwoto,1983). Berdasarkan konsep dasar
pengetahuan ekologi, komponen lingkungan yang dimaksud tersebut juga dimaksud
komponen ekologi karena setiap kompponen lingkungan tidak berdiri sendiri,
melainkan selalu berhubungan dan saling memengaruhi baik secara langsung maupun
secara tidak langsung ( Odum, 1993).
2.Konsep Organisasi pada Tingkat Populasi
Kata
populasi berasal dari bahasa latin, yaitu populus yang berarti rakyat atau
penduduk (Irwan,1992). Dalam ilmu ekologi, yang dimaksud dengan populasi,
sekelompok individu yang sejenis atau sama spesiesnya (Irwan,1992; Heddy,
Soemitro, dan Soekartomo,1986; Odum,1993). Menurut Resosoedarmo dkk. (1986),
populasi merupakan kelompok organisme sejenis yang hidup dan berbiak pada suatu aderah tertentu, misalnya populasi
manusia di Jakarta pada tahun 2002, populasi gajah di Taman Nasional Way Kambas
pada tahun 2002, populasi badak di Ujungkulon pada tahun 2000, populasi pohon
jati di perkebunan Purwakarta pada tahun 1991. Di dalam menyebut suatu populasi
harus dilakukan dengan cara menyebut batas waktu dan tempatnya. Dengan
demikian, populasi merupakan kelompok kolektif organisme dari spesies sama yang
menempati ruang dan memiliki cirri yang merupakan milik kelompok.
Suatu
organisme tidak dapat hidup sendirian, akan tetapi harus hidup bersama-sama
dengan organisme lain, baik dengan organisme yang sejenis maupun yang tidak
sejenis dalam suatu tempat tumbuh atau habitat. Berbagai organisme besar
ataupun kecil yang hidup disuatu tempat tumbbuh akan bergabung kedalam suatu
persekutuan yang disebut komunitas biotic. Menurut Resosoedarmo dkk. (1986),
semua komponen komunitas biotic terikat oleh adanya ketergantungan
antaranggota-anggotanya sebagai suatu unit. Komunitas biotic ini terdiri atas
kelompok-kelompok kecil yang anggota-anggotanya bergabung secara erat satu sama
lain, sehingga masing-masing kelompok kecil ini menjadi lebih bersatu.
Masing-masing kelompok kecil dalam komunitas biotic dinamakan populasi. Pada
populasi ini mempunyai tingkat organisasi yang lebih tinggi dari pada
individu-individu organisme yang merupakan kesatuan yang nyata karena memiliki
ciri atau karakteristik unik yang dimiliki populasi dan bukan milik individu
dalam populasi (Resosoedarmo dkk.,1986;Irwan,1992).
Karakteristik Populasi
Sebuah
populasi memiliki karakteristik yang berbeda dari populasi lainya. Menurut
Gopal dan Bhardwaj(1979), karakteristik yang dimiliki populasi antara lain
densitas (kepadatan atau kerapatan), natalitas(angka kelahiran), mortalitas(
angka kematian), laju kenaikan populasi, umur dan sex ratio, serta
agregasi.odum (1993) dan Irwan (1992) menyebutkan tentang karakteristik yabg
dimiliki suatu populasi mencakup kepadatan, natalitas, mortalitas, penyebaran
umur, potensi biotic, dispersi (penyebaran) , dan bentuk pertumbuhan atau
perkembangan. Populasi jg mempunyai karakteristik genetic yang secara langsung
berhubungan dengan ekologinya, misalnya sifat adaptif, keserasian reproduktif,
dan ketahanan. Selain karakteristik populasi seperti yang telah dikemukakan
tersebut, masih ada karakteristik yang sangat
penting untuk menyatakan kondisi suatu populasi, Yaitu populasi atau
penyebaran intern ( Heddy dkk., 1986).masing-masing karakteristik populasi
tersebut diuraikan sebagai berikut.
Densitas Populasi
Densitas
populasi adalah besarnya populasi dalam suatu unit ruang, yang pada umumnya
dinyatakan sebagai jumlah individu-individu dalam setiap unit luas atau volume
(Gopal dan Bhardwaj, 1979). Densitas populasi itu disebut juga kerapatan atau
kepadatan populasi (Irwan, 1992). Istilah kerapatan lazim digunakan untuk
densitas manusia.
Perlu
dicatat bahwa densitas populasi bervariasi menurut waktu dan tempat. Dalam
pengkajjian suatu kondisi populasi, densitas populasi merupakan parameter utama
yang perlu diketahui. Pengaruh suatu populasi terhadap komunitas atau ekosistem
sangat bergantung kepada spesies organisme dan jumlah atau densitas
populasinya. Dengan kata lain bahwa densitas populasi merupakan salah satu hal
yang menentukn pengaruh populasi terhadap komunitas atau ekosistem. Selain itu,
densitas populasi sering dipakai untuk mengetahui perubahan yang terjadi dalam
populasi pada saat tertentu. Perubahan yang dimaksud adalah berkurang atau
bertambahnya jumlah individu dalam setiaap unit luas atau volume.
Natalitas populasi
Natalitas,
yaitu reproduksi individu baru dri suatu populasi (Gopal dan Bhardwaj, 1979).
Menurut Odum (1993), natalitas atau angka kelahiran, yaitu kemampuan populasi
untuk bertambah. Natalitas ekuivalen dengan angka kelahiran dalam terminology
(peristilahan) pengkajian populasi manusia (demografi). Pada kenyataannya,
istilah natalitas memiliki arti yang luas meliputi produksi individu-individu
baru organisme yang terjadi baik karena dilahirkan, ditetaskan, ditumbuhkan ataupun
karena pembelahan sel.
Natalitas
bervariasi untuk organisme yang berbeda dalam populasi. Banyak spesies serangga
mampu meletakkan telurnya dalam jumlah banyak (beberapa ribu telur) pada suatu
waktu, sedangkan pada beberapa spesies ikan dan mamalia, hanya memberikan
sedikit keturunan pada suatu waktu. Ada di antara tetumbuhan tertentu yang
dapat menghasilkan ribuan spora atau beberapa ratus biji. Jumlah maksimum
individu baru yang dapat dihasilkan dari tiap induk pada kondisi lingkungan
yang ideal disebut natalitas potensial atau natalitas fisiologis.
Sebagaimana
densitas, bahwa natalitas dapat dibedakan atas laju kelahiran kasar dan laju
kelahiran spesifik (Gopal dan Bhardwaj,1979).
1.
Laju kelahiran kasar, yaitu jumlah kelahiran dalam
populasi, misalnya 30 kelahiran perseribu induk.
2.
Laju kelahiran spesifik, yaitu kecepatan kelahiran
untuk organisme dari umur atau jenis kelamin tertentu,
Natalitas
diantara tetumbuhan secara umum berada pada kapasitas reproduktif yang
merupakan jumlah individu yang dapat dibesarkan dari masing-masing induk
setelah keberhasilan perkecambahannya.
Natalitas
merupakan suatu kecepatan tumbuh populasi yang diperoleh dari jumlah
individu-individu baru yang dihasilkan perunit waktu. Natalitas dapat diukur
dan dinyatakan dengan berbagai cara sebagai berikut (Gopal dan Bhardwaj, 1979).
Factor-faktor
yang mempengaruhi natalitas populais antara lain sebagai berikut (Wiersum,1973
dalam Alikodra, 1980).
1.
perbandingan jenis kelamin dan kebiasaan kawin.
Perbandingan jenis kelamin adalah perbandingan antara jumlah jantan dan betina
dalam suattu populasi. Untuk binatang, pada umumnya berbanding jenis kelamin
dinyatakan sebagai jumlah jantan dalam 100 ekor betina.
2.
umur perkembangbiakan maksimum, yaitu umur tertua yang
dicapai suatu organisme yang masih memiliki kemampuan berkembangbiak.
3.
umur perkembangbiakan minimum, yaitu umur temuda suatu
organisme yang mulai memiliki kemampuan berkembang biak.
4.
jumlah sarang pertahun, untuk binatang. Jumlah pasangan
usia subur pertahun, untuk manusia.
5.
jumlah anak persarang atau jumlah telur persarang,
untuk binatang. Jumlah anak tiap pasangan usia subur, untuk manusia.
6.
densitas populasi itu sendiri. Densitas populasi makin
besar, maka natalitas makin besar. Natalitas yang semakin besar, maka densitas
populasi akan meningkat.
Mortalitas populasi
Mortalitas
( angka kematian ), yaitu jumlah individu yang mati dalam populasi untuk suatu
periode waktu tertentu ( Odum, 1993; Gopal dan Bharwaj, 1979). Dapat dikatakan
bahwa mortalitas merupakan kebalikan dari natalitas, dan angka mortalitas
ekuivalen dengan angka kematian pada demografi manusia (Odum, 1993). Oleh
karena itu, seperti pada natalitas bahwa mortalitas dapat dinyatakan sebagai
individu yang mati dalam kurun waktu tertentu. Kematian merupakan keharusan
bagi setiap individu dan bergantung kepada lingkungan yang merugikan,
persaingan, pemangsaan, dan penyakit. Namun perlu diingat bahwa mortalitas itu
karakteristik untuk populasi bukan karakteristik individu karena individu hanya
mati sati kali, sedangkan populasi memiliki kematian dalam periode waktu
tertentu.
Factor-faktor
yang memengaruhi mortalitas dapat dikelompokan ke dalam empat golongan sebagai
berikut (Alikodra, 1980).
1.
factor-faktor yang mematikan yaitu factor-faktor yang
secara langsung mematikan atau mengurangi populasi, misalnya pemangsaan ( predasi),
pemburuan, penyakit, kelaparan dan kecelakaan.
2.
factor-faktor kesejahteraan, yaitu factor-faktor yang
berhubungan dengan kualitas lingkungan hidup, misalnya kualitas makanan,
kualitas minuman, kualitas udara, kualitas pelindung, dan kualitas ruang atau
tempat hidup.
3.
factor-faktor berpengaruh, yaitu factor-faktor yang
memengaruhi keadaan kualitas dan kuantitas makanan dan minuman (air), udara,
pelindung, dan ruang atau tempat hidup. Contoh yang termasuk factor tersebut
adalah kegiatan manusia berupa usaha
pengeringan, pembakaran hutan, penebangan hutan, penggalian tambang,
penggembalaan liar.
4.
kematian karena umur yang telah tua.
Penyebaran Umur
Penyebaran
umur merupakan salah satu karakteristik populasi yang memengaruhi mortalitas
dan natalitas , karena perbandinagn dari berbagai golongan umur
individu-iindividu di dalam populasi akan menetukan status reproduktif yang
sedang berlangsung pada populasi dan menyatakan kondisi yang dapat diharapkan
pada mas mendatang.
Menurut
Bodenheimer (1958 dalam Odum, 1993; Gopal dan Bhardwaj, 1979), populasi dapat
dibagi ke dalam tigga kelas umur (umur ekologi), yaitu prareproduktif,
reproduktif, dan pascareproduktif.
1.
prareproduktif, yaitu populasi yang sebagian besar
anggotanya adalah individu-individu yang umur muda. Populasi demikian merupakan
populasi yangs edang berkembang cepat.
2.
reproduktif, yaitu populasi yang sebagian besar
anggotanya individu-individu berumuur sama dengan umur rata-rata populasi.
Dengan kata lain, populasi tersebut memiliki pembagian umur yang lebih merata,
sehingga populasi seperti itu dikatakan dalam kondisi mantap
3.
pascareproduktif, yaitu populais yang sebagian besar
anggotanya adalah individu-iindividu berumur tua. Ppulasi demikian merupakan
populasi yang sedang menurun.
Distribusi (penyebaran) intern
Individu-individu
yang ada di dalam populasi mengalami penyebaran di dalam habitatnya mengikuti
salah satu di antara tiga pola penyebaran yang disebut pola distribusi intern.
Menurut Odum (1993), tiga pola distribusi intern yang dimaksudkan antata lain
distribusi acak (random), distribusi seragan (uniform), dan distribusi
bergerombol (clumped). Ciri-ciri dan terjadinya pola distribusi intern tersebut
dapat diuraikan masing-masing sebagai berikut
- Distribusi acak
distribusi
acak terjadi apabila kondisi llingkungan seragam, tidak ada kompetisi yang kuat
antar individu anggota populasi, dan masing-masing individu tidak memilliki
kecendrungan untuk memisahkan diri.
2. Distribusi seragam
distribusi
seragam terjadi apabila kondisi lingkungan cukup seragam diseluruh area dan ada
kompetisi yang kuat antar individu anggota populasi. Kompetisi yang kuat antar
individu anggota populasi akan mendorong terjadinya pembagian ruang
sama(Odum,1993). Heddy dkk.(1986) memberikan contoh bahwa pada hutan yang lemah
maka pohon-pohon yang tinggi hamper mempunyai distribusi seragam. Pohon-pohon
dominant di hutan demikian jarajnya teratur karena kompetisi yang sangat kuat
untuk mendapatkan cahaya dan unsure hara.
3. Distribusi bergerombol
distribusi
bergerombol pada populasi merupakan distribusi yang umum terjadi di alam, baik
bagi tumbuhan maupun bagi binatang. Distribusi bergerombol terjadi karena
berbagai sebab antara lain sebagai berikut (Heddy dkk.1986)
a.
kondisi lingkungan jarang yang seragam, meskipun pada
area yang sempit. Perbedaan kondisi tanah dan iklim pada suatu area akan
menghasilkan perbedaan dalam habitat yang penting bagi setiap organisme yang
ada di dalamnya, karena suatu organisme akan ada pada suatu area yang factor-faktor
ekologinya tersedia dan sesuai bagi kehidupannya.
b.
Pola reproduksi dari suatu individu-individu anggota
populasi. Bagi tumbuhan yangbereproduksi secara vegetatif, juga bagi binatang
yang masih muda menetap bersama dengan induknya merupakan suatu kekuatan yang
mendorong terjadinya penggerombolan.
c.
Prilaku hewan yang cenderung membentuk kesatun atau
membentuk kolonimerupakan kekuata yang mendorong terjadinya distribusi
bergerombol. Demikian juga daya tarik seksual bagi binatang merupakan kekuatan
yang mendorong terjadinya distribusi bergerombol.
Distribusi
bergerombol dapat meningkatkan kompetisi didalam meraih unrur hara, makanan,
ruang, dan cahaya. Akan tetapi, pengaruh yyang merugikan dari kompetisi itu
ternyata sering kali dikompensasi dengan sesuatu yang menguntungkan
Didalam
pola distribusi bergerombol ternyata tiap-tiap kelompok ada kemungkinan
tersebar secara acak, seragam, ataupun
secara berkempul. Oleh karena itu, tipe distribusii secara keseluruhan dapat
terjadi: secara acak, seragam, bergerombol secara acak, bergerombol secara
seragam, dan bergerombol berkumpul (Odum,1993). Lebih lanjut odum (1993)
mengenukakan bahwa agregasi akan penggerombolan individu-individu organisme
anggota populasi terjadi akibat beberapa hal, antara lain :
1.
menanggapi adanya perubahan cuaca harian atau .musiman,
2.
menanggapi
perbedaan kondisi habitat setempat,
3.
sebagian akibat dari proses reproduksi, dan
4.
sebagai akibat daya tarik social.
Pada
populasi binatang terdapat sifat-sifat khas yang berkaitan dengan tingkah
lakunya antara lain teritorialitas, migrasi, makan, bersarang (nesting), dan
tingkah laku kawin (Gopal dan Bhardwaj, 1979).
1).
Emigrasi, yaitu gerakan individu-individu anggota populasi atau anak-anaknya
atau bakal kehidupan lainnya keluar batas daerah populasi, sehingga menyebabkan
densitas populasi berkurang. Emigrasi ini merupakan gerakan satu arah keluar
batas daerah populasi.
2).
Imigrasi, yaitu gerakan individu-individu anggota populasi atau anak-anaknya
atau bakal kehidupan lainnya kedalam dan keluar batas daerah populasi, sehingga
menyebabkan densitas populasi bertambah. imigrasi ini merupakan gerakan satu
arah kedalamr batas daerah populasi.
3).
Migrasi, yaitu gerakan individu-individu anggota populasi atau anak-anaknya
atau bakal kehidupan lainnya kedalam dan keluar batas daerah populasi, sehingga
menyebabkan densitas populasi berubah-ubah setiap saat. Imigrasi tersebut
merupakan gerakan dua arah kedalam dan keluar batas daerah populasi, atau
merupakan gerakan datang dan pergi secara periodic.
Disperse individu-individu anggota populasi
berpengaruh terhadap kondisi populasi seperti pada densitas populasi. Akan
tetapi, mengingat disperse populasi itu terjadi secara berangsur-angsur
sehinggah perubahan densitas populasi sering tidak dirasakan atau berpengaruh
kecil terhadap seluruh populasi terutama jika satuan populasinya besar. Hal itu
kemungkinan terjadi karena emikrasi di imbangi oleh imigrasi atau sebaliknya,
atau karena pertambahan dan pengurangan populasi di kompensasi oleh natalitas
dan mortalitas.
TUJUAN
PRATIKUM
Pratikum ini bertujuan untuk:
- Memperkenalkan sampling dengan plot bujur sangkar dan transek sabuk untuk mengetahui jumlah dan struktur anggota populasi.
- Memperkenalkan pemeriksaan morfometri untuk mengetahui heterogenitas anggota suatu populasi.
- memberikan keterampilan dasar dalam melakukan survey dan mendiskripsikan status sebuah populasi di alam.
B.
CARA KERJA
B.1. Sampling Populasi Tumbuhan
- Sediakan seperangkat alat tulis, tali raffia(untuk seluruh kelompok) dan pita ukur (meteran gulung) serta sebuah kompas.
- Pergi kelapangan yang ditunjukan asisten dimana sudah disiapkan sebuah “populasi tumbuhan” oleh asisten (bendera kuning = pohon, bendera biru = pancang, benderah merah = semai/anakan).
- Lakukan karakterisasi singkat terhadap kondisi habitat (didalam plot ini) dimana “populasi” tersebut berada.
- Buatlah sebuah plot berukuran 100 x 100 m dan bagilah menjadi 100 subplot berukuran 10 x 10 m. gunakan kompas agar sebisa mungkin sisi plot menghadap mata angina (utara, barat, selatan dan timur).
- Berilah nomor urut (mulai 1, 2, 3, dan seterusnya hingga 100) untuk masing- masing subplot (mulai dari subplot paling ‘kiri’ atas).
- Lakukan sampling secara sistematik dengan cara mengambil subplot nomor 4,14, 24, 34, 44,54, 64, 74, 84, 94.
- Lakukan sampling secara acak (random) dengan memilih 10 subplot dengan cara mengundi. Hasil pengundian adalah subplot nomor 3, 7, 8, 10,12, 24, 30, 75, 76, 100.
- Lakukan sampling dengan menggunakan sabuk transek. Pilihlah baris atau kolom dalam plot sesuai nomor kelompok yaitu subplot nomor 4, 17, 24, 37, 44, 57, 64, 77, 84, 97, 40, 39, 38, 37, 36, 35, 34, 33, 32, 31.
- Hitunglah hasil samplingnya dengan plot bujur sangkar (estimasi jumlah anggota populasi).
- Tabulasikan hasil perhitungan dan buatlah nilai rata-rata dari masing-masing hasil sampling.
B.2. Pemeriksaan Morfometri Populasi Hewan
1.
Sediakan alat tulis, penggaris, dan kalkulator.
2.
Asisten akan
memberikan hasil sampling ikan (dari karton) yang berasal dari 12 tempat
(populasi 1s/d 12). Setiap kelompok akan menerima hasil sampling dari sebuah
populasi .
3.
Lakukan pengukuran panjang dan lebar tubuh (hingga ke 1
mm terdekat) dari masing-masing individu kepiting yang di perolaeh.
4.
Tabulasikan secara kolektif (semua kelompok)hasil
pengukuran tersebut dalam tabel.
5.
Buat histogram hasil pengukuran mofometri (nilai
rata-rata pengukuran panjang dan lebar kerapas kepiting).
6.
Bandingkan mofometri kepiting dari semua populasi yang
diperiksa.
7.
Hitunglah nilai rentang (R), dengan rumus :
R= Nilai data terbesar – Nilai data terkecil
8.
Banyak kelas (k), dengan rumus :
k= 1 + (3,3) (log n) dengan n = jumlah individu/jumlah data
9.
Panjang kelas, dengan rumus :
p= R/k
- HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
C.1. Populasi Tumbuhan
Lampiran : 1. Data
kelas
2. Data
kelompok
3. Hitungan kelompok
4. Estimasi kelompok
LAMPIRAN 3. HITUNGAN KELOMPOK
Hasil:
- Sampling secara sistematik
# Anakan
N= Jumlah sampel/jumlah
plot × 100 = 16/10 ×100 = 160/ha
# pancang
N= jumlah sample/jumlah
plot × 100 = 10/10 × 100 = 100/ha
# pohon
N= jumlah sample/ jumlah
plot × 100 = 10/10 × 100 = 100/ha
- Sampling secara random
# Anakan
N= Jumlah sampel/jumlah
plot × 100 = 16/10 ×100 = 160/ha
# pancang
N= jumlah sample/jumlah
plot × 100 = 15/10 × 100 = 150/ha
# Pohon
N= jumlah sample/ jumlah
plot × 100 = 6/10 × 100 = 60/ha
- Sampling secara transek
# Anakan
N= Jumlah sampel/jumlah
plot × 100 = 38/20 ×100 = 190/ha
# pancang
N= jumlah sample/jumlah
plot × 100 = 18/20 × 100 = 90/ha
# Pohon
N= jumlah sample/ jumlah
plot × 100 = 20/20 × 100 = 100/ha
LAMPIRAN 4. TABEL ESTIMASI
Tabel
data kelompok IV hasil estimasi populasi yang diperoleh dengan tiga metode
sampling.
Hasil Estiminasi Populasi yang
diperoleh dengan metode sampling
|
|||||||||
Sistematik (menggunakan subplot)
|
Acak (menggunakan subplot)
|
Acak (menggunakan transek)
|
|||||||
Semai
|
pancang
|
pohon
|
semai
|
pancang
|
pohon
|
semai
|
pancang
|
pohon
|
|
160
|
100
|
100
|
160
|
150
|
60
|
190
|
90
|
100
|
Rekapitulasi data kelas hasil sistemasi
yang diperoleh dengan tiga metode sampling.
Kelompok
|
Hasil
Estimasi Populasi yang diperoleh dengan metode sampling
|
|||||||||
Sistematik
(menggunakan Subplot)
|
Acak
(menggunakan Subplot)
|
Acak
(menggunakan Subplot)
|
||||||||
Semai
|
Pancang
|
Pohon
|
Semai
|
Pancang
|
Pohon
|
Semai
|
Pancang
|
Pohon
|
||
1
|
150
|
150
|
60
|
130
|
150
|
50
|
195
|
115
|
55
|
|
2
|
150
|
130
|
70
|
230
|
100
|
70
|
195
|
135
|
90
|
|
3
|
140
|
90
|
80
|
170
|
100
|
700
|
210
|
105
|
65
|
|
4
|
160
|
100
|
100
|
160
|
150
|
60
|
190
|
90
|
100
|
|
5
|
220
|
180
|
70
|
200
|
120
|
50
|
140
|
115
|
50
|
|
6
|
230
|
150
|
80
|
280
|
150
|
100
|
195
|
160
|
100
|
|
7
|
220
|
110
|
80
|
140
|
140
|
80
|
135
|
90
|
80
|
|
8
|
220
|
130
|
40
|
170
|
90
|
60
|
195
|
155
|
45
|
|
9
|
180
|
100
|
90
|
160
|
120
|
80
|
215
|
105
|
60
|
|
10
|
220
|
110
|
30
|
240
|
130
|
80
|
155
|
165
|
45
|
|
Rerata
|
189
|
125
|
70
|
188
|
152
|
70
|
182.5
|
123.5
|
69
|
C.2. Morfometri Populasi Hewan
Lampiran : 1. Tabel data panjang, lebar dan
(panjang/lebar) karapas kepiting.
2.
Tabel frekuensi panjang kerapas kepiting.
3.
Tabel frekuensi lebar karapas kepiting.
4.
Kurva panjang karapas kepiting.
5.
Kurva lebar karapas kepiting.
6.
Kurva gabungan panjang dan lebar karapas kepiting.
LAMPIRAN 1
Tabel rekapitulasi panjang, lebar dan (panjang/lebar) karapas dalam
populasi kepiting kelompok IV.
Individu
|
Panjang
|
Lebar
|
Panjang/Lebar
|
1
|
8,5
|
5,5
|
3
|
2
|
9
|
6
|
3
|
3
|
10,2
|
6,7
|
3,5
|
4
|
8,9
|
5,9
|
3
|
5
|
8,9
|
5,9
|
3
|
6
|
10,2
|
6,7
|
3,5
|
7
|
8,9
|
5,9
|
3
|
8
|
9,6
|
6,7
|
2,9
|
9
|
9,6
|
6,7
|
2,9
|
10
|
8,9
|
5,9
|
3
|
11
|
7,1
|
4,6
|
2,5
|
12
|
10,2
|
6,7
|
3,5
|
13
|
10,2
|
6,7
|
3,5
|
14
|
10,2
|
6,7
|
3,5
|
15
|
10,2
|
6,7
|
3,5
|
16
|
10,2
|
6,7
|
3,5
|
17
|
8,9
|
5,9
|
3
|
18
|
8,9
|
5,9
|
3
|
19
|
8,9
|
5,9
|
3
|
20
|
8,9
|
5,9
|
3
|
21
|
10,2
|
6,7
|
3,5
|
22
|
8,9
|
5,9
|
3
|
23
|
9,6
|
6,3
|
3,5
|
24
|
10,2
|
6,7
|
3,5
|
25
|
10,2
|
6,7
|
3,5
|
26
|
10,8
|
7,1
|
3,7
|
27
|
10,8
|
7,1
|
3,7
|
28
|
9,6
|
6,3
|
3,3
|
29
|
10,2
|
6,7
|
3,5
|
30
|
10,2
|
6,7
|
3,5
|
31
|
10,8
|
7,1
|
3,7
|
32
|
10,8
|
7,1
|
3,7
|
33
|
10,8
|
7,1
|
3,7
|
34
|
8,4
|
5,4
|
3
|
35
|
8,9
|
5,9
|
3
|
36
|
8,9
|
5,9
|
3
|
37
|
8,9
|
5,9
|
3
|
38
|
8,9
|
5,9
|
3
|
39
|
8,4
|
5,4
|
3
|
40
|
8,4
|
5,4
|
3
|
41
|
8,4
|
5,4
|
3
|
42
|
8,9
|
5,9
|
3
|
43
|
10,2
|
6,7
|
3,5
|
44
|
7,1
|
4,6
|
2,5
|
45
|
8,9
|
5,9
|
3
|
46
|
7,9
|
4,9
|
3
|
47
|
7,9
|
4,9
|
3
|
48
|
9,6
|
6,3
|
3,3
|
49
|
9,6
|
6,3
|
3,3
|
50
|
7,9
|
4,9
|
3
|
51
|
8,9
|
5,9
|
3
|
52
|
9,6
|
6,3
|
3,3
|
53
|
9,6
|
6,3
|
3,3
|
54
|
7,1
|
4,6
|
2,5
|
55
|
7,9
|
49
|
3
|
56
|
7,1
|
4,6
|
2,5
|
57
|
7,9
|
6,3
|
3,3
|
58
|
7,1
|
4,6
|
2,5
|
59
|
9,6
|
6,3
|
3,3
|
60
|
8,6
|
6,3
|
3,3
|
61
|
9,6
|
6,3
|
3,3
|
62
|
9,6
|
6,3
|
3,3
|
63
|
7,8
|
5,1
|
2,7
|
64
|
8,5
|
5,5
|
3
|
65
|
8,9
|
6
|
2,9
|
66
|
7,8
|
5,1
|
2,7
|
67
|
7,8
|
5,1
|
2,7
|
68
|
9
|
6
|
3
|
69
|
9,6
|
6,3
|
3,3
|
70
|
9
|
6
|
3
|
71
|
8,5
|
5,5
|
3
|
72
|
8,5
|
5,5
|
3
|
73
|
7,8
|
5,5
|
2,7
|
74
|
7,1
|
4,7
|
2,4
|
75
|
8,9
|
6
|
2,9
|
76
|
8,5
|
5,5
|
3
|
77
|
8,5
|
5,5
|
3
|
78
|
8,5
|
5,5
|
3
|
79
|
9,6
|
6,3
|
3,4
|
80
|
9,6
|
6,3
|
3,3
|
81
|
7,8
|
5,1
|
2,7
|
82
|
8,5
|
5,5
|
3
|
83
|
8,5
|
5,5
|
3
|
84
|
8,5
|
5,5
|
3
|
85
|
8,5
|
5,5
|
3
|
86
|
7,8
|
5,1
|
2,7
|
87
|
9
|
6
|
3
|
88
|
7,8
|
5,1
|
2,7
|
89
|
8,9
|
5,5
|
3
|
90
|
9,6
|
6,3
|
3,3
|
Rerata
|
8,97
|
5,89
|
3.04
|
Perhitungan :
# Nilai rencana
-
Panjang
R = Nilai data tersebar – Nilai
data terkecil
= 10,8 – 7,1
= 3,7
-
Lebar
R = Nilai data terbesar – nilai
data terkecil
= 7,1 – 4,6
= 2,5
# Banyak Kelas
(K)
-
Panjang
K = 1 + (3,3) (log n)
K = 1 + (3,3)(log 90)
= 1 + 6,45
= 7,45
-
Lebar
K = 1 + (3,3) (log n)
K = 1 + (3,3) (log n)
= 1 + (3,3)(log 90)
= 1 + 6,45
= 7,45
# panjang kelas
-
Panjang
P = R/K = 3,7/7,45 = 0,5
-
Lebar
P = R/K = 2,5/7,45 = 0,3
LAMPIRAN 2
Tabel Frekuensi panjang karapas kepiting
Nomor
|
Interval
kelas (cm)
|
Frekuensi
|
Frekuensi kumulatif
|
|
1
|
7,1 - 7,6
|
6
|
6
|
|
2
|
7,7 - 8,2
|
12
|
18
|
|
3
|
8,3 - 8,8
|
17
|
35
|
|
4
|
8,9 - 9,4
|
22
|
57
|
|
5
|
9,5 - 100,0
|
15
|
72
|
|
6
|
10,1 - 10,6
|
13
|
85
|
|
7
|
10,7 - 11,22
|
5
|
90
|
LAMPIRAN 3
Tabel frekuensi lebar karapas kepiting
Nomor
|
Interval
kelas (cm)
|
Frekuensi
|
Frekuensi kumulatif
|
|
1
|
4,6 - 4,9
|
6
|
6
|
|
2
|
5,0 - 5,3
|
12
|
18
|
|
3
|
5,4 - 5,7
|
16
|
34
|
|
4
|
5,8 - 6,1
|
22
|
56
|
|
5
|
6,2 - 6,5
|
16
|
72
|
|
6
|
6,6 - 6,9
|
13
|
85
|
|
7
|
7,0 - 7,3
|
5
|
90
|
PEMBAHASAN
PERTANYAAN-PERTANYAAN
UNTUK PEMBAHASAN
Sampling
populasi tumbuhan
- Seberapa besar perbedaan antara hasil-hasil estimasi populasi (N) yang diperoleh dengan metode sampling berbeda ?
Jawab :
# Semai
Sistematik = 189
Acak =
188
Transek = 182,5
Besar
perbedaan => sistematik & acak =
189 – 188 x 100 % = 0,53 %
189
Sistematik & transek = 189 – 182,5 x 100 % = 3,44 %
189
Acak & transek = 188 – 182,5 x 100 % =
2,92 %
188
# pancang
Sistematik = 125
Acak =
152
Transek = 123,5
Besar
perbedaan => sistematik & acak =
125 – 152 x 100 % = 21,6 %
125
Sistematik & transek = 125 – 123,5 x 100 % = 1,2 %
125
Acak & transek = 152 – 123,5 x 100 % =
18,75 %
152
# pohon
Sistematik = 70
Acak =
70
Transek = 69
Besar
perbedaan => sistematik & acak =
70 – 70 x 100 % = 0 %
70
Sistematik & ktransek = 70 – 69 x 100 % = 1,43 %
70
Acak & transek = 70 – 69 x 100 % = 1, 43
%
70
- Seandainya ada perbedaan-perbedaan, terangkan apakah perbedaan ini disebabkan oleh cara sampling yang tidak atau kurang tepat ?
Jawab :
Perbedaan-perbedaan ini tidak
disebabkan oleh cara sampling yang tidak atau kurang tepat karena sebagian
besar dari ketiga metode menghasilkan perbedaan hasil estimasi yang kecil.
Adapun perbedaan yang relative besar lebih dari 10 % itu mungkin dikarenakan
salah perhitungan dan ketidak mtelitian dalam praktek mengambil sampel di
lapangan.
- Dapatkah dari data yang diperoleh diketahui bagaimana sebaran individu dari pohon, pancang maupun anakan dalam plot yang diperiksa ?
Jawab :
Sebaran individu dari pohon,
pancang, maupun anakan dalam plot.
Pohon :
sebaran secara merata karena dalam tabel estimasi dapat kita lihat hasilnyya
hamper sama kyaitu 70, 70, 69. Jadi pohon tersebar merata.
Pancang :
sebaran individunya adalah acak, dapat dilihat dari subplot data kelas.
Anakan :
sebaran individunya adalah mengelompok, dapat dilihat dari subplot data kelas
- Bagaimanakah struktur populasi tumbuhan tersebut ditinjau dari hasil survey dengan cara sampling yang berlainan ?
Jawab :
Struktur populasi tumbuhan tersebut
ditinjau dari hasil survey dengan cara sampling yang berlainan tentu saja
berbeda anatar ketiga cara metode sampling. Karena misallkan dengan metode
transek hanya mengambil sampel dari subplot bidang vertical dan horizontal,
jadi tidak dapat dipercaya keakuratan hasil datanya karena subplot yang
disampling adalah subplot yang saling berdekatan. Oleh karena itu agar
menghasilkan data yang akurat sebaiknya dan seharusnya menggunakan tiga metode
agar dapat membandingkan tiap data dan menarik kesimpulan yang lebih akurat.
Pemeriksaan morfometri dalam populasi hewan
1.
Adakah perbedaan antara rerata panjang dan/atau lebar
tubuh kepiting dari satu populasi apabila dibandingkan dengan hal yang sama
dari populasi kepiting yang lain /
Jawab :
2.
Bagaimana rasio panjang-lebar karapas untuk kepiting
dalam populasi berdasarkan umr (infanst, juveniles, adult)
Jawab :
Infants =
20 – 80 mm
Juveniles =
70 – 150 mm
Adult =
150 – 200 mm
- KESIMPULAN
Bahwa penggunaan metode
sampling sangatlah baik dengan tiga cara yaitu sampling acak, sampling
sisitematik, dan sampling transek. Karena saling melengkapi data dan data jadi
lebih akurat.
Untuk morfometri hewan
jika ukuran karapas normal maka dapat dibuktikan dengan grafik/histogram.
Dimana kurva panjang dan lebar saling bertindihan.
E. REFERENSI
Ewusi, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Terjemahan oleh Usman Tanuwidjaja.
Penerbit Institut Teknologi Bandung.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta : PT. Bumi Aksara
Soegianto, agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Surabaya : Usaha
Nasional
0 komentar:
Posting Komentar