Senin, 13 Mei 2013

Ekologi Hewan


MAKALAH EKOLOGI
INTERAKSI HEWAN PADA LINGKUNGAN EKSTRIM DALAM SUHU PANAS

PENDAHULUAN

Abiotik atau komponen tak hidup adalah komponen fisik dan kimia yang merupakan substrat tempat berlangsungnya kehidupan. Salah satu komponen abiotik yang akan dibahas dalam makalah ini adalah suhu.
Pada umumnya mahkluk hidup rata-rata dapat bertahan hidup hanya pada kisaran suhu 00C–400C. hanya mahkluk hidup tertentu saja yang dapat hidup dibawah 00C atau diatas 400C. Hewan berdarah panas mampu hidup pada suhu dibawah titik beku karena memiliki bulu dan memiliki suhu tubuh yang konstan (tetap). Suhu merupakan syarat yang diperlukan organisme untuk hidup. Temperatur lingkungan adalah ukuran dari intensitas panas dalam unit standar dan biasanya diekspresikan dalam skala derajat celsius. Banyak species ternak membutuhkan temperatur nyaman 13 – 18 oC atau Temperature Humidity Index (THI) < 72. Keadaan pergerakan molekul ditentukan oleh temperatur atau suhu. Makin tinggi suhu, maka akan mepercepat proses kehilangan air dari tanaman dan sebaliknya.
Didunia ini ada beberapa hewan yang dapat hidup di daerah ekstrim khususnya pada suhu panas, salah satunya adalah Tardigrades atau lebih dikenal dengan sebutan beruang air, dimana hewan ini dapat bertahan hidup pada suhu 151 ° C (303 ° F). Namun, apakah yang menjadi penyebab kemampuan dari beruang air sehingga dapat hidup disuhu tersebut?





TINJAUAN PUSTAKA


Tardigrades (beruang air atau babi lumut) merupakan filum Tardigrada bagian dari superfilum Ecdysozoa. Kondisi fisiknya yang unik, seperti gabungan antara cacing dengan serangga. Oleh sebab itu, mereka dimasukkan dalam filum tersendiri yang terlepas dari filum manapun (filum Tardigrada). Ukurannya sangat kecil, hidup di air, dengan kaki berjumlah delapan. Tardigrades pertama kali dideskripsikan oleh Eprhaim Goeze pada tahun 1773.
Tardigrada merupakan hewan dengan persebaran yang luar biasa. Sejak penemuan pertamanya pada akhir abad ke-18, para ilmuwan telah menemukan Tardigrada di berbagai tempat di dunia, mulai dari pegunungan, di balik bongkah es, hutan hujan, perairan air asin & air tawar, sampai gurun pasir. Ketinggian tertinggi yang diketahui ditinggali Tardigrada adalah 6.000 m di atas permukaan laut, sementara yang terendah ditemukan pada kedalaman laut sejauh 4.000 m. Mereka bahkan juga ditemukan di pulau gunung api yang terpencil dari dunia luar.
Kemampuan Tardigrada yaitu bisa melalui “fase koma” seperti kriptobiosis. Fase ini dilakukan ketika kondisi di lingkungannya menjadi tidak menguntungkan semisal terlalu kering, kadar racun di sekitarnya meningkat, atau ketika suhu di lingkungannya terlalu tinggi/rendah. Tardigrada diketahui dapat hidup ketika direbus hidup-hidup dalam suhu setinggi 151 ° C (303 ° F) selama beberapa menit atau 1.000 kali lebih radiasi daripada binatang lain dan hampir satu dekade tanpa air. Hebatnya, sel-sel tubuh mereka tidak mengalami kerusakan, padahal normalnya protein penyusun sel dalam suhu mendekati titik didih akan rusak karena mengalami penguraian. Beberapa spesies tardigrade memiliki sekitar 40.000 sel dalam tubuh dewasa masing-masing, yang lainnya jauh lebih sedikit. Karna kemampuannya tersebut maka  tardigrades dikenal sebagai hewan yang polyextremeophiles. Tardigrades juga merupakan makhluk hidup yang dapat bertahan bila terjadi perang nuklir atau bencana alam lain yang ekstrim.


KESIMPULAN

Tardigrades (beruang air) merupakan salah satu hewan yang mampu bertahan hidup pada suhu ekstrim yaitu pada suhu 151 ° C (303 ° F). Hal ini dikarenakan protein penyusun sel tardigrades tidak mengalami penguraian ketika dipanaskan. Ketika suhu terlalu kering, Tardigrada akan menarik kakinya ke dalam, mengerutkan tubuhnya hingga hanya berukuran 1/3 aslinya, lalu melapisi kulitnya dengan bahan semacam lilin. Pada fase ini, metabolisme Tardigrada bisa menurun drastis hingga nyaris tidak bisa dideteksi lagi oleh peralatan manusia, sementara kadar air dalam tubuhnya menurun hingga kurang dari 1%. Begitu kondisi di sekitarnya sudah kembali menguntungkan, – layaknya anoksibiosis – Tardigrada akan kembali beraktivitas seperti biasa. Tardigrada juga memerlukan jangka waktu tertentu untuk kembali ke fase normal, bergantung pada berapa lama ia melakukan kriptobiosis.